Monday 25 July 2011

Manakah yang disebut beriman? (Which one is called faith?)

 Manakah yang disebut beriman?

-English version below.

(a). Aku rasa Tuhan dengar doaku.
(b). Aku yakin Tuhan dengar doaku.
(c). Aku tahu Tuhan dengar doaku.

Jawaban yang tepat adalah (c).

Mengapa?

Jika (a), itu berarti iman berdasarkan perasaan/emosi, & emosi selalu berubah-ubah baik karena situasi atau hormon fisik.

Jika (b), itu berarti iman berdasarkan pemahaman sendiri, & pemahaman bisa salah, jika hanya mendengar dari orang, atau melihat saja, semua bisa kabur, salah arti, bahkan banyak orang hidup dalam keyakinan yang salah/sesat.

Tetapi jawaban (c), itu berarti iman berdasarkan sesuatu yang diketahui benar adanya. Mungkin tidak terlihat dengan mata, mungkin tidak masuk akal, mungkin rasanya salah, tapi kita tahu itu benar. Inilah iman yang berdasar pada Firman Tuhan. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Firman dalam Alkitab adalah tidak benar. Dan segala kebenaran dalam Alkitab adalah benar.

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Matius 7:7-8).

Dari ayat ini, saya tahu doa saya didengar bahkan dijawab Tuhan. Amin. Tuhan memberkati kita.



English version:

Which one is called faith?

(a). I guess God heard my prayer.
(b). I'm sure God heard my prayer.
(c). I know God heard my prayer.

The correct answer is (c).

Why?

If (a), it means faith based feelings / emotions, and emotions are always changing either because the situation or physical hormones.

If (b), it means the faith by his own understanding, and understanding can go wrong, if only to hear from the person, or viewing only, all can be blurred, misunderstood, even many people living in the wrong belief / perverted.

But the answer to (c), it means that faith is based on something you know is true. May not be visible to the eye, it may not make sense, maybe it feels wrong, but we know it's true. This is the faith that is based on the Word of God. Everything that is not in accordance with the Word in the Bible is not true. And all the truths in the Bible is true.

"Ask, and it shall be given you; seek, and ye shall receive; knock and the door will be opened to you. For everyone who asks receives, and everyone who seeks finds, and to him who knocks, the door will be opened." (Matthew 7: 7-8).


From this verse, I know my prayers are heard even answered God. Amen. God bless us.

Monday 16 May 2011

Orang yang buta sejak lahirnya (The man who blind from birth)

Yohanes 9:1-41
-English version below.

Orang yang buta sejak lahirnya.


Respon orang pada umumnya terhadap orang cacat dari lahir: orang ini terkena tulah dosa.

Jawab Yesus terhadap respon itu adalah tidak benar karena tulah dosa. Tapi karena kemuliaan Tuhan harus dinyatakan. Jawaban ini mematahkan alasan dosa turunan atau karma orang tua yang ditanggung anak.

Orang buta ini, bukan orang buta kebanyakan. Tapi dia cukup terkenal. Orang banyak kenal dia sebagai buta dari lahir dan sebagai pengemis. Mereka kenal orang tuanya. Orang buta inipun pandai berkata-kata saat di sidang oleh orang Yahudi dan Farisi. Kemungkinan orang buta dari lahir ini berasal dari orang terpandang/berada di kampungnya tapi karena buta, orang tuanya dan seluruh masyarakat menurunkan derajatnya menjadi strata sosial terendah yaitu pengemis.

Yesus tidak kebetulan bertemu orang buta ini. Sebagaimana Allah maha tahu, Yesuspun tahu bahwa orang buta ini disiapkan untuk kemuliaan Allah. Jelas, dari semua pilihan untuk dilihat, Alkitab menegaskan pada ayat 1, Yesus melihat orang yang buta sejak lahirnya.

Seandainya Yesus hanya melihat sekilas atau sekedar, tentu tidak perlu percakapan ayat ke 2 dan seterusnya. Tentulah 'melihat' yang Yesus perbuat begitu menyolok dan spesifik sehingga merujuk orang yang buta sejak lahir daripada orang-orang buta cacat lainnya.

Orang buta ini dipakai Yesus untuk mencontohkan bagaimana manusia berdosa itu. Kita semua dilahirkan dalam dosa, kita memulai hidup kita sejak kandungan dalam kegelapan. Kita hadir di dunia tanpa mengenal Allah yang benar dan hidup. Kita lahir dengan neraka sebagai upah dosa sudah di kepala kita. Ini bukan salah orang tua mengandung, bukan juga karena suatu perbuatan kita atau banyak perbuatan dosa kita. Tapi karena status kita sebagai orang berdosa.

Status ini kita emban karena Adam dan Hawa memakan buah yang dilarang Allah. Dosa mendarah daging dalam diri manusia. Manusia awalnya tidak tercemar, terselubung jubah kesucian. Tapi sejak kejatuhan itu (Kejadian 3), lenyaplah jubah itu, digantikan kulit binatang. Inipun menjelaskan, sejak awal, bahwa untuk menutup dosa manusia, perlu pengorbanan darah, untuk baju manusia saja mengorbankan hewan dibunuh untuk diambil kulitnya. Bagaimana untuk menutupi seluruh dosa jiwa dan raga? Perlu pengorbanan seorang manusia juga, tetapi hanya manusia tidak berdosa dan tidak bercacat yang layak menjadi korban tersebut. Itulah Kristus.

Jadi, semua manusia itu buta. Atau berada dalam kegelapan. Itulah mengapa Yesus datang sebagai terang dunia (ayat 5). Melalui perbuatan ajaibNya, Yesus memelekkan mata orang buta sejak lahir itu.

Perbincangan dan perdebatan setelah itu memang muncul karena Yesus menyembuhkan orang buta pada hari Sabat. Memangnya Yesus tidak tahu hari apa itu? Tentu tahu. Tapi jelas Yesus sedang mengangkat ke permukaan pengertian dan pengenalan tentang diriNya.

Orang buta sejak lahir distatuskan orang berdosa oleh masyarakat. Sekarang timbul perdebatan, bagaimana dengan Yesus? Ada pro-kontra. Orang buta ini dan sebagian besar menyadari, tidak mungkin orang berdosa mampu membuat mujizat seperti itu. Tapi orang Farisi menegaskan bahwa karena melanggar aturan agama, Yesus orang berdosa. Menurut anda, bagaimana? Benarkah demikian?

Kebenarannya adalah semua orang berdosa kecuali Yesus. Dan Yesus datang untuk menunjukkan agar kita sadar bahwa kita membutuhkan Yesus untuk menebus dosa kita. Merubah status kita yang buta, dalam kegelapan, atau disebut status berdosa; menjadi baru yaitu menjadi melihat, dalam terang atau status baru menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12).

Dua sikap muncul: 1. Sikap yang terbuka untuk mengakui, ya saya buta (status dosa) dan saya butuh Kristus Yesus. Atau, 2. Sikap membenarkan diri dan justru menganggap orang lain berdosa karena tidak sesuai standar agamanya.

Jikalau Kristus Yesus satu-satunya manusia yang pernah ada dan tidak berdosa, maka hanya Dialah yang berhak menjadi standar kebenaran. Kehidupannya selama 33 1/2 tahun di dunia merupakan bahan ajar (kurikulum) bagi hidup kita. Kematian pada salib dan kebangkitanNya pada hari ketiga dari kematian tersebut menjadi meterai dan bukti bahwa Dialah manusia yang tidak berdosa, karena sebenarnya Dialah Allah yang menjadi manusia. Karena hanya Allah yang bisa menjadi manusia tidak berdosa dan hanya Allahlah yang bisa menebus/mengampuni dosa.

Amin.



John 9: 1-41

The man who blind from birth

The response of people in general against disabled from birth: this person afflicted sin.
Jesus replied to that response is not true because the plague of sin. But because of the glory of the Lord shall be stated. Answer it broke reason of original sin or karma parents be borne by children.
This blind man, is not the blind man as most. But he is quite famous. Many person know him as a blind from birth and as a beggar. They know his parents. The blind man was good at speaking while in the trial by the Jews and Pharisees. Chances are he, the blind man from birth, coming from the respected / wealthy in the village but because of his blind, his parents and the entire community lowered in rank to become the lowest social stratum that is a beggar.

Jesus did not happen to meet this blind man. As God is omniscient, Jesus also knew that the blind man is prepared for the glory of God. Clearly, from all the options to be seen, the Bible affirms in paragraph 1, Jesus saw him, the man who blind from birth.

If Jesus was only a glimpse or simply look, certainly do not need to talk to the second verse and so on. Surely 'see' that Jesus did so striking and specific to refer this man who blind from birth rather than other blind people or other disabilities there.

This blind man Jesus used to exemplify how the sinful man. We are all born in sin, we begin our lives from the womb in the darkness. We are present in the world without knowing the true and living God. We are born with hell as the wages of sin has been in our heads. This is not one of the parents that womb, not because a lot of our actions or our sin. But because of our status as a sinner.

This status we share because Adam and Eve ate the forbidden fruit of God. Sin ingrained in human beings. Humans initially uncontaminated, veiled robe sanctity. But since the Fall (Genesis 3), the robes are gone, replaced animal skins. This also explains, from the beginning, that to cover the sins of mankind, need a blood sacrifice, for human clothes even sacrificing animals killed for their skins. How to cover the entire body and soul sin? Need to sacrifice a human being too, but only sinless man and blameless who deserve to be the sacrifice. That is Christ.

So, all men are blind. Or are in the darkness. That is why Jesus came as the light of the world (verse 5). Through the miraculously act, Jesus opened that man who is blind since birth.
Conversation and debate afterwards it appeared as Jesus healed the blind man on the Sabbath. Did Jesus not know what day it is? Sure know. But obviously Jesus was lifted to the surface of understanding and recognition of Himself.

The man who is blind from birth made the status of a sinner by the community. Now arises the debate, what about Jesus? There are pros and cons. The blind person and largely realized, not the sinner may be able to make such a miracle. But the Pharisees asserted that for violating the rules of religion, Jesus was a sinner. In your opinion, how? Is this correct?

The truth is that all sinners except Jesus. And Jesus came to show so that we are aware that we need Jesus to atone for our sins. Changing the status of our blind, in the darkness, or the so-called sinful status; being new is into seeing, in the light, or the new status to become children of God (John 1:12).
Two attitudes arise: 1. Attitudes are open to admit, yes I was blind (sin status) and I need Christ Jesus. Or, 2. Attitude to justify itself and thus assume others to sin because it does not fit their religious standards.

If Christ Jesus is the only man who ever existed and no sin, only He has the right to become the standard of truth. His life for 33 1/2 years in the world is the teaching materials (curriculum) for our lives. Death on the cross and his resurrection on the third day from the death be the seal of and proof that he is the man who does not sin, because he is actually God who became man. Because only God could become man without sin and only God can redeem / forgive sins.

Amen.

Tuesday 11 January 2011

TRITUNGGAL

by: Mark Dohar Simatupang


SEKAPUR SIRIH.

Berawal dari sebuah percakapan sederhana di pagi hari di ruang kantorku.  Seorang teman melemparkan topik keren andalan untuk membuat orang Kristen tak berkutik menjawab.  Yah sudah tentu aku tidak bisa menjawab. Karena memang tidak ada jawabannya. Maksudku, selama yang aku tahu, aku hanya bisa mengantar seseorang untuk mempercayai sumber jawabannya, kemudian jawaban itu mengalir dengan sendirinya seperti sebuah program super rahasia di Pentagon yang telah di bobol kunci sandi rahasianya (password).

Aku mengerti jawabannya, tapi jawaban itu tidak mungkin dimengerti oleh mereka yang belum percaya. Atau setidaknya bagi mereka yang mempersoalkan masalah itu, terlihat bahwa mereka belum menemukan password itu.

Hmm beberapa malam sebelumnya, kegersangan hatiku melonjak menjadi sebuah doa. Aku yang ‘terbekali’ banyak kebenaran Firman Tuhan (seturut jalan hidupku yang berbatu-batu) tetapi tidak memiliki kesempatan mencopy-pastekan pada orang lain merasakan gejolak untuk bercerita. “Tuhan, ijinkanlah aku bercerita akan dirimu”.  Dan kemudian topik ini muncul di depanku.  TRITUNGGAL! Kata klasik membuat orang kristen tak berkutik!

Aku sudah beberapa kali ditantang persoalan ini. Dan aku tahu, aku akan kalah pada saat itu juga. Tak ada gunanya menjelaskan hal ini kepada mereka. Mereka sudah punya konsep, tembok dan bantahan sendiri. Padahal untuk mengerti, harus percaya dulu.  Karena hal-hal duniawi, tentunya cukup dapat dimengerti dengan dalil duniawi. Seperti juga, hal-hal rohani, hanya bisa dimengerti oleh dalil rohani. Dan untuk kasus TRITUNGGAL, hanya bisa dimengerti oleh orang yang telah didiami Roh Kudus. Dan untuk memiliki Roh Kudus dalam hati, seseorang harus beriman pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penebus dosanya (Roma 8:9).

Tapi setelah kupikir-pikir, mungkin ada baiknya aku mengantar siapapun yang ingin mengerti TRITUNGGAL itu kepada sang kunci jawaban. Yah…pesimis juga sih. Tapi siapa tahu kamu yang membaca tulisanku ini cukup terbuka untuk mau memikirkan bab-bab selanjutnya.

Baiklah kalian pemikir, saudara-saudari Thomas si pencari bukti (karena murid Yesus yang satu ini hanya mau percaya bahwa Yesus telah bangkit jika dan hanya jika dia mencucukkan jarinya pada lubang bekas paku di tangan Yesus dan bekas tusukan di lambung-Nya, dan itulah yang diberikan Yesus kepada Thomas ketika Dia menampakkan diri kepada Thomas dan murid-murid lainnya, barulah Thomas percaya)…..atau siapapun yang membutuhkannya….kuharap kalian mau memikirkan semua ini dan berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan DIPUASKAN! (Matius 5:6)

BAB SATU

Sumber apa yang akan dipakai?  Yang pasti sumber itu haruslah suatu sumber yang kokoh, terpercaya sumbernya, telah terbukti melewati perubahan zaman tanpa berubah konsepnya, dan dipercayai oleh banyak orang.

So, maaf friend-friend…aku menggunakan sumber ALKITAB aja. (terbitan Lembaga Alkitab Indonesia – LAI lho…jangan yang lain).  Mengapa? Karena LAI merupakan lembaga resmi untuk mencetak dan memperbanyak Alkitab di Indonesia.  Akan tetapi sangat baik jika dipakai referensi NIV Bible atau King James Version. Atau lebih bagus lagi kalo ada Bibel yang bahasa Batak. Alasannya adalah alur penterjemahannya. LAI: Indonesia-Inggris-Jerman-Gerika/Ibrani. Bibel: Batak-Jerman-Gerika/Ibrani.

Tapi tidak mengapa, karena tejemahan LAI sekarang sudah banyak revisi dari bahasa aslinya sesuai dengan perkembangan tata bahasa dan kosa kata bahasa Indonesia yang kian lama kian lengkap. Tetapi masih ada beberapa kosakata yang belum bisa diterjemahkan langsung. Contoh: Kasih, dalam gerika bisa empat arti, Kasih Allah (Agape), Kasih Sahabat (Philio), Kasih Keluarga (Storge) dan Kasih percintaan (Eros). Namun demikian, secara ajaib, Alkitab ini telah dipakai Tuhan untuk menjangkau banyak orang dan suku bangsa di Indonesia untuk percaya dan diselamatkan.

Alkitab sangat unik karena dokumentasinya jujur, sisi sejarah dan penanggalan cukup akurat, saksi sejarahnya tercatat, kekuatan mengubahkannya sangat terbukti. Ini sulit dimiliki oleh buku lain dengan berbagai penulis. Alkitab, sekalipun ditulis oleh penulis-penulis berbeda dalam kurun waktu ±4000 tahun BC dan ±100 tahun AC, memiliki tematik yang sama dan terarah pada Kristosentris atau Kristus Yesus dan karya-Nya.  Lagipula, darimana kita mendapatkan info terpercaya tentang TRITUNGGAL selain dari sumber cerita itu sendiri?

Masakan aku cari dari buku sansekerta? Atau Alquran yang baru terbit kira-kira 800 tahun AC kemudian? Apalagi dari Ensiklopedi yang sangat kurang dapat dipercaya itu.  Ensiklopedi mangakomodir semua kepercayaan. Dia mencatat timeline dari masa zaman purba, zaman batu, zaman es, zaman Yesus, zaman modern dengan gamblang dan sumber yang kurang dikenal.  Contoh: walau mengatakan teori Darwin hanyalah teori, namun dalam ensiklopedi seakan-akan memang manusia berasal dari kera. Yah dengan menaruh timeline zaman batu (neolithikum) berarti mempercayai adanya manusia purba itu. Belum lagi masalah Carbon C-11 untuk menentukan usia fosil. Masakan kerang/udang hidup jika menggunakan alat itu tertera usianya 200-300 tahun? Kacaulah….lagipula masakan aku mencari pemahaman TRITUNGGAL dari situ?  Jadi kukembalikan saja pada Alkitab. Bukankah ide awal pertanyaan itu dari kepercayaan dan keteguhan para penulis Alkitab bahwa ada Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus?  Orang-orang ‘keras kepala’ itu tidak mau merubah tiga hal itu sekalipun tidak dapat menjelaskan wujud atau struktur organisasi TRITUNGGAL itu.

Jadi, sepakatlah menggunakan Alkitab. Untuk itu, memasuki BAB KEDUA ini, tolong dipersiapkan Alkitabnya. Kalau memang anti Alkitab, yah baca aja anggap novel. Kalau ternyata kebenaran ini buat dirimu kesal, yah buang aja Alkitab itu atau bakar sekalian.  Tapi kalau akhirnya kamu percaya, ada sukacita tersendiri jika membaca Alkitab dari awal sampai habis.

BAB KEDUALAH.

Aku mulai dari mana yah?  Hmm dari Anak Allah aja.  Kenapa? Karena sebenarnya orang bisa percaya Allah itu Bapa.  Yah benar Dia seperti Bapak yang memelihara kehidupan makhluk di sorga dan di bumi.  Walaupun sebenarnya tidak bisa sepenuhnya dianggap seperti itu, karena terlalu mulia.  Tidak seorang tokohpun di Perjanjian Lama, baik Nabi Musa yang terkenal membelah laut Teberau itu, ataupun Daud si Raja Israel itu, yang berani memanggil Allah itu Bapa.  Tidak ada! – kalau orang Jakarta bilang- GA ADA. Kalo orang batak, NOBODY!  So, sulit juga percaya Allah itu Bapa. Tapi lebih sulit percaya kalau Allah ternyata punya anak, yang disebut ANAK ALLAH!

Mempercayai Roh Kudus juga tidak sulit, karena kebanyakan orang mengetahui bahwa Allah itu Roh.  Hanya saja itu juga agak rumit. Mengapa? Karena kalau Allah itu Roh, lalu mengapa Dia menciptakan manusia (dengan hidung, mata, telinga dll) dengan menyebut manusia diciptakan dengan meniru rupa dan gambar Allah? Apa Roh itu ternyata berwujud? Tapi masih lebih sulit mempercayai bahwa Roh Kudus itu jugalah ANAK ALLAH dalam bentuk ROH.

Jadi mari kita fokus ke Yesus. Jadi pertanyaannya, apakah Yesus Kristus itu Anak Allah dalam rangka Allah beranak seperti manusia? Atau Allah itu sendiri menjelma berinkarnasi menjadi manusia Yesus Kristus? Yesus=Allah? Yesus=Bapa? Anak Allah= Allah Bapa?

Bingung? Kasian deh luh (kata orang betawi).  Supaya kita gak bingung, mari kita cari orang dalam Alkitab yang senasib dengan kita sedang kebingungan topik yang sama.
Bacalah: Injil Yohanes 14:6-11.

Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.  Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti juga kamu mengenal Bapaku. Sekarang ini kamu telah mengenal Dia dan telah  melihat Dia.

Wah ternyata kawan kita itu adalah murid Yesus yang bernama Filipus.

Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.”.
Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku berada di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.”.

Jadi pernyataan radikal Yesus ini sepertinya seperti ini: Yesus = Allah, Anak Allah = Allah Bapa.  Kesamaan mereka yang unik terlihat dari pekerjaan mereka yang tidak mungkin dilakukan oleh oknum lain selain mereka, atau lebih tepatnya Dia (jamak/lebih dari satu=esa).

Jadi apa pulak yang dimaksud pekerjaan-pekerjaan itu? (pertanyaan si Ucoq). Apakah maksudnya adalah hal-hal yang Yesus perbuat di bumi? Mari kita tengoklah. (btw untuk mempersingkat fotocopian, tolong ayat-ayat dibaca di Alkitab masing-masing). It’s a must!

1.       Yohanes 1:1-4,14,15

Pada mulanya adalah Firman. Firman bersama dengan Allah, Firman itu adalah Allah. Firman=Allah.  Kemudian si Firman = si Allah atau sebaliknya, dijelaskan sebagai Pencipta segala sesuatu.  Katanya, tanpa Dia tidak ada sesuatupun yang jadi dari yang telah dijadikan. Eh ternyata dalam Firman=Allah itu ada hidup. Dan hidup itu adalah terang manusia.
 
Dan uniknya, Firman itu menjadi manusia. Manusia itu bernama Yesus. Jadi Firman=Allah=Yesus! Jadi seharusnya, segala atribut Firman=Allah itu ada pada Yesus.  Firman=Allah itu adalah pencipta. Jadi Yesus, seharusnya bisa mencipta. Sehingga bisa disebut Yesus=Allah=Firman. Bukahkah demikian?

2.      Lukas 17:11-19

Bagian ini tentang Yesus menghadapi kesepuluh orang kusta. Alkitab mencatat dari sepuluh yang disembuhkan Yesus, hanya satu yang kembali, itupun orang Samaria (orang asing, karena orang Israel tidak bergaul dengan orang Samaria sehubungan pecahnya kerajaan Israel Perjanjian Lama pada zaman Raja Rehabeam anak Raja Salomo, anak Raja Daud).  

Pernahkah kalian melihat orang kusta? Keadaan bangun tubuhnya sangat rusak. Kusta menyerang saraf rasa sakit mereka sehingga mereka tidak merasakan sakit. Itu justru mengakibatkan ketidak sadaran ketika terluka, infeksi, terpotong dan sebagainya.  Sehingga pada umumnya, orang kusta memiliki kulit yang rusak, jari yang putus/luka dan bagian tubuh yang buruk seperti mata, hidung dan sebagainya. 
 
Tetapi apakah Yesus menyembuhkan mereka? Atau menciptakan bangun tubuh yang baru untuk mereka? Mereka bersorak kesenangan, kustanya tidak ada lagi, atau karena mereka normal kembali? Hidung busuk kembali baru, kaki buntung, muncul kembali. Dan sebagainya. Yesus penciptakah?  Yesus = Allah = Firman = Penciptakah?

3.      Markus 6:45-52

Kisah luar biasa ini adalah adegan yang mungkin dicoba untuk ditiru oleh Deddy Courbuzer.  Yesus berjalan di atas air.  Tapi Yesus tidak jalan pelan-pelan dan hati-hati seperti adegan sulap (yang ternyata semua tipuan sulap saja, karena ada titian transparan dari fiber sebagai tempat pesulap berjalan). 

Ceritanya para murid sudah diperahu di tengah danau. Dan ada angin sakal alias badai atuh mas… Yesus lihat mereka kepayahan menguasai perahu itu, jadi Dia datang menolong mereka. Tujuan Yesus adalah berjalan ke perahu, naik perahu, redakan angin itu. Tapi jalannya itu loh! Dia jalan di atas air danau yang bergelombang.  Mungkin sedikit berlari-lari, karena Alkitab mencatat jarak Yesus dengan perahu cukup jauh. Perahu di tengah danau, Yesus di darat. Kalo kelamaan keburu tenggelam mereka…

Wow hebat… tentu saja bukan? Bahwa Pencipta pasti berkuasa atas apa yang diciptakan-Nya. Allah tidak terikat hukum gravitasi atau hukum alam yang Dia ciptakan. Yesus juga. Jadi apakah Yesus = Allah = Pencipta yang berkuasa atas ciptaan-Nya?

4.      Matius 9:1-8

Kisah ini tentang Yesus menyembuhkan orang lumpuh. Tapi agak berbeda. Yesus tidak serta merta mengatakan sembuhlah atau berdirilah.  Dia malah mengatakan bahwa dosamu sudah diampuni.  

Waduh celaka, didengar pulak sama orang batak .. eh.. Yahudi.  Setahu mereka, cuma Allah (YHWH) yang bisa mengampuni dosa manusia. Siapa pulak Yesus ini? Enak aja maen ampuni dosa orang, emangnya lu sape? Allah? (kira-kira gitulah orang Yahudi rantau medan berkata).  

Tapi apa jawab Yesus? Dia tidak berkata langsung, “Iya, Akulah Allah!” tapi dia menunjukkan pekerjaan Allah yang tidak mungkin dibuat manusia. Dia menciptakan kembali kaki orang lumpuh itu. Dia lumpuh, kakinya jarang digunakan, pastilah mengecil. Juga seandaipun baru saja dia lumpuh, tidak mungkin seketika itu juga berdiri dan bekerja mengangkat tilam beratnya. Orang opname aja setelah sembuh harus istirahat. Pada saat orang lama berbaring, tekanan darahnya merata dari otak sampai kaki. Oleh karena itu tidak pernah dokter mengijinkan orang yang baru sembuh sakit/operasi langsung pulang, tetapi di opname beberapa waktu lagi. Sehingga dia membiasakan duduk dulu baru kemudian jalan pelan, baru kemudian jika kuat bisa beraktivitas kembali.  

Tetapi Yesus menciptakan organ baru pada orang ini dari kaki sampai kepala sehingga dia langsung berdiri, memikul tilamnya dan berjalan pergi! Yesus = Allah = YHWH = Pengampun dosa = Penciptakah?

5.      Lukas 8:22-25

Angin ribut diredakan merupakan kisah paling keren di Alkitab. Kalau difilmkan selalu menarik dan membuat takjub. Aku paling senang adegan ini dalam film Jesus of Nazareth.  

Ceritanya Yesus dan murid-murid lagi diperahu ditengah danau, kemudian datang badai. Yesus justru tertidur di perahu. Wah sepertinya saya juga akan meniru Yesus jika seperahu dengan Petrus, Yohanes, Yakobus dan Andreas yang adalah nelayan handal. Mereka sudah hafal danau itu. Tempat mereka mencari ikan, sebelum menjadi penjala manusia. Tapi apa yang terjadi?  Mereka gak bisa…ampun deh, gimana seh lu olang? Masa begitu saja kagak bisa? Haiya lugi aku naek pelahu lu pada… (kalo ada Ko’ Cheng disana).  

Hmm sebelumnya aku pernah naik kapal dari Talaud ke Manado pada musim angin selatan, tahun 2003 kalau tidak salah. Sungguh aku pikir hari itu tamat riwayatku. Beberapa goncangan mematahkan tempat tidur di barak kapal. Aku lihat dengan mata kepala sendiri ombak lebih tinggi dari kapal. Dan paginya (setelah masuk teluk dan reda), kapten kapal sendiri mengaku hampir tidak bisa kendalikan kapal dan menganggap tadi malam adalah mujizat. 

Jadi…so…kalau itu dialami Petrus dkk. Bayangkan betapa ketakutannya mereka, ketika Yesus bangun dan menghardik angin badai itu dan tiba-tiba……siuuuuup….angin reda dan danau teduh alias air datar.  Wajar mereka kemudian pucat dan bertanya-tanya: “Siapakah gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?”  Yesus = Allah = Pecipta = Penguasa ciptaankah?

6.      Yohanes 11:17,25,40-44

Nah kisah ini nih pemungkas cerita.  Allah khan berkuasa atas hidup dan mati seseorang, seharusnya, jika Yesus itulah Allah, tentu Dia juga berkuasa atas hidup dan mati bukan? 

Kisah Lazarus dibangkitkan pastilah sudah tidak asing lagi bagi kita. Yesus bahkan sengaja datang telat ke acara penguburan Lazarus. Selama ini semua orang mengelu-elukan Yesus sebagai penyembuh. Well, actually, most of them missed the real meaning.  Dalam setiap penyembuhan Yesus sebenarnya lebih tepat disebut sebagai penciptaan kembali. Tapi cukup! Cukup satu dua organ aja. 

Bagaimana dengan mayat yang sudah empat hari di kubur? Kondisi paling wajar adalah sudah membusuk. Dan paling tidak dalam 2 x 24 jam perut mayat (tempat usus besar penuh bakteri) pastilah menggembung dan membludak mengeluarkan belatung-belatung menjijikkan.  

Kali ini tidak cuma ciptakan kaki dan tangan, mata, telinga, atau kulit baru. Sekalian, seluruh body diciptakan baru! “Lazarus, marilah keluar!” Kata Yesus. Dan Lazarus pun keluar dari kuburnya, hidup, sehat seperti baru.  Yesus membangkitkan orang mati? Ya. Manusia dapat lakukan itu? Tidak! Apakah Allah bisa? Ya. Jadi Ya = Ya. Yesus = Allah.

7.      I Korintus 15:3,4

Bagian selanjutnya ini memang bukan suatu catatan peristiwa Yesus di bumi, tetapi menjadi kesimpulan tujuan utama dan apa puncak pekerjaan Yesus di bumi ini. Ini semua di rangkum oleh Rasul Paulus, seorang yang dahulunya menjadi penganiaya umat Kristen. Seorang yang mencari bukti kekristenan dengan cara radikal. Yang justru mencari bukti kesalahan orang Kristen. Tetapi justru Paulus dipakai Tuhan menjadi alat yang luar biasa.  

Saya yakin Tuhan juga mau pakai kamu menjadi alat yang luar biasa. Ini berisi misi Yesus! Kalau memang Yesus adalah Allah itu sendiri, yang mencoba menyadarkan manusia tentang hubungan yang indah dalam status yang baru yaitu menjadi anak-anak Allah.  Tentunya, Dia harus melakukan sesuatu untuk membuat manusia berdosa seperti kau dan aku layak menjadi anak-anak Allah.  

Bukankah selama di bumi, sang Allah menyamar menjadi Yesus itu berusaha mengajarkan status Anak – Bapa ini kepada murid-murid-Nya? Imanuel apa artinya kalau bukan Allah beserta kita. Bukankah Yesus lahir disebut malaikat Gabriel sebagai Imanuel? Mungkin kita sudah cukup membahas ke-Tuhan-an dan Ke-Allah-an Yesus sejauh ini. Tetapi kenapa? Untuk apa Yesus hidup di dunia ini? Kata Rasul Paulus demikian:

I Korintus 15:3,4  Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.

Jadi jelaslah, bahwa Yesus adalah Allah dalam suatu misi. Yaitu misi penyelamatan manusia berdosa.  Mengapa dikatakan sesuai Kitab Suci?  Jangan disalah-artikan disini, Kitab Suci yang dimaksud tidak lain adalah Taurat dan Kitab Nabi dalam Perjanjian Lama.  Jadi seluruh simbol, kisah, sejarah, janji, nubuatan dalam Perjanjian Lama bertujuan untuk mengkonfirmasi kedatangan Allah dalam wujud manusia.

Allah = Bapa = Firman = Terang = Yesus = Anak Manusia = Anak Allah = Roh Kudus = Roh Yesus = Roh Anak-Nya = Dia (wujud Anak Manusia) yang bersama Sadrakh, Mesakh dan Abednego dalam perapian (Daniel 3) = Yang berkelahi dengan Yakub di Pniel (Kejadian 32:22-32) = Tangan Dia (Allah punya tangan) yang menulis di dinding ‘mene-mene tekel ufarsin’ (Daniel 5)………………………………dsb.

Tritunggal hanya satu dari berbagai aspek yang lebih menantang lagi dalam pribadi Yesus.  Tapi dari Yesus kita mengenal seperti apa wujud kasih Allah Bapa itu. Dari Yesus pula kita mengenal karya Roh Kudus itu.  
Yesus adalah segala wujud kebaikan Allah. Allah mau menyatakan diri-Nya pada manusia. Seakan-akan tubuh Yesus adalah baju Allah untuk bisa merasakan, menyentuh, dan bersama dengan manusia dalam dunia manusia. Memberi contoh, pengertian, kuasa, dan mengingatkan kembali wujud Adam dan Hawa sebelum jatuh dalam dosa. 

Bahkan dahsyatnya Allah itu. Dia naik ke sorga, namun memberikan Roh-Nya untuk mentransferkan citra kudus-Nya pada kita yang percaya. Sehingga kelak, seperti Yesus bangkit dan naik ke sorga, kitapun akan kembali ke sorga. Telah kembali ke rumah Bapa di Sorga (Rest in Peace).

BAB SESUDAH KEDUA (berarti ke….. yap benar sekali)

Berikut kutipan untuk menambah penjelasan di atas.  Dikutib dari buku K.C. Hinckley. Kompas Kehidupan Kristen.  Buku yang dipakai oleh The Navigator (di Indonesia dimulai di ITB Bandung), LPMI, Perkantas dan banyak lagi.  Sebaiknya anda mencari buku ini untuk perbandingan.

ALLAH.

Alkitab secara sistematis menyesuaikan diri dengan bahasa manusia untuk berbicara mengenai Allah. Dengan cara itu Alkitab memberikan kita ide yang cukup mengenai pembawaan sifat  Allah walaupun hakekat-Nya yang sesungguhnya masih jauh dari daya tangkap pemikiran kita.

Yahweh. YHWH ialah nama pribadi yang dipakai Alah ketika Ia membuat perjanjian dengan Israel (Keluaran 3:14-15). Artinya: “Aku adalah Aku” atau “Aku akan menjadi seperti yang Aku akan jadi”. Yaitu, Ia adalah yang ada secara azali dan secara bebas (tidak bergantung pada apapun), dan yang hadir secara aktif bersama umat-Nya. Allah menjelaskan nama-Nya seperti berikut:

“TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlipah kasihNya dan SetiaNya, yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang, yang mngampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa, tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman” (Keluaran 34:6,7).

Karena orang-orang Yahudi kemudian memutuskan bahwa nama Allah itu terlalu suci untuk diucapkan, mereka mulai menyebutNya Tuhan dan dalam Alkitab bahasa Indonesia diberi nama TUHAN (dalam huruf besar semuanya).  Nama lain bagi Allah dalam perjanjian lama ialah:

  • Elohim – “Allah”, yang diluar jangkauan pengertian manusia (Kejadian 1:1)
  • El Shaddai – “Allah yang mahakuasa”, yang bagaikan Gunung (Kejadian 35:11)
  • Adonai – “Tuhan Allah”, yang berdaulat atas segala sesuatu (Kejadian 15:2)
  • Yahweh Sabaoth – “Tuhan semesta alam”, Penguasa bala tentara surga (Mazmur 24:10)
  • Qadosh Yisrael – “Yang Kudus Israel” (Mazmur 71:22)

Trinitas atau Tritunggal, Perjanjian Baru membuat jelas bahwa Allah itu benar-benar Esa dan mempunyai tiga pribadi. (Lihatlah misalnya, Yohanes 14-16, I Korintus 12:3-6, II Korintus 13:14). Tetap merupakan suatu misteri bagi kita bagaimana hal ini mungkin, karena kita tidak mengenal satu makhluk lain yang terdiri dari tiga pribadi yang berbeda  tetapi tetap satu. Tetapi penulis-penulis Alkitab bersikeras bahwa Bapa itu Allah yang sejati, Yesus itu Allah yang sejati, Roh Kudus itu Allah yang sejati. Mereka bukan merupakan pribadi yang sama dan hanya ada satu Allah.

YESUS.

Allah yang sejati dan juga manusia yang sejati. Turut dalam penciptaan, turut memelihara bumi, memiliki sifat, ciri dan atribut Allah. Namun sewaktu datang ke dunia Dia dengan sukarela untuk sementara waktu menyerahkan sifat ketidak-terbatasanNya, kemaha-hadiranNya, dsb. Kerendahan-hatiNya dan pengorbananNya sungguh menakjubkan. Namun juga Dia mengambil ciri-ciri manusia secara jasmani, emosi, mental, dsb.

Nama-nama Yesus.
  • Kristus, “Yang diurapi”, gelar orang Yahudi bagi Raja terbesar bangsa itu, seorang keturunan Daud. Kristus adalah terjemahan bahasa Yunani dari kata Ibrani Meschiach, Mesias (Lukas 9:20).
  • Yesus, “Tuhan menyelamatkan” (Matius 1:21)
  • Imanuel, “Allah beserta kita” (Matius 1:23)
  • Tuhan, berdaulat atas segala sesuatu di bawah Bapa (Kisah Para Rasul 2:36, I Korintus 15:24-28).
  • Penasihat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai (Yesaya 9:5)
  • Anak Allah (Markus 1:1)
  • Anak Manusia, Yesus sendiri  menamakan diriNya demikian (Markus 2:28). Ia adalah manusia, tetapi yang mulia yang dinubuatkan dalam Daniel 7:13-14.

ROH KUDUS.

Ruach (nafas, angin, roh) dari Allah muncul dalam perjanjian lama ketika Roh Allah dicurahkan.

Roh Kudus ikut serta dalam penciptaan. Menjadi pengungkap pesan dan amanat Allah.

Roh Kudus sebagai suatu pribadi pelengkap, penghibur, penuntun, penasehat, pemberi kekuatan setelah yang mengganti peranan Yesus setelah terangkat ke surga (Yohanes 14). Roh Anak Allah (Anak-Nya) dalam Galatia 4:6. Tanda orang sudah diselamatkan/percaya (Roma 8:9).

BAB TERAKHIR TAPI BELUM BERAKHIR ALIAS BERSAMBUNG

Pertanyaannya sekarang: 

“Untuk apa kamu hidup?”

Hidup fana ini (di dunia ini) bagaikan satu titik teramat kecil ditengah-tengah garis kekekalan. Anggaplah garis kekal ke kiri menuju ke neraka dan garis kekal ke kanan menuju ke sorga. Namun tahukah anda, bahwa ke kiri atau ke kanan itu, ditentukan pada titik teramat kecil itu. Yaitu ditentukan oleh pilihan iman anda untuk mempercayai Yesus Kristus (Surga) atau tidak (Neraka) saat anda masih hidup/bernafas di dunia ini.

Kata Yesus saat ini kepadamu: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu (hatimu) dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” – Kitab Wahyu 3 ayat 20.