Monday 15 September 2014

Harta Yang Terpendam dan Mutiara Yang Berharga – Serial Hal Kerajaan Sorga

Harta Yang Terpendam dan Mutiara Yang Berharga – Serial Hal Kerajaan Sorga

Pembacaan : Matius 13:44-46



Saudara kekasih dalam Tuhan, selanjutnya dalam serial hal Kerajaan Sorga adalah perumpamaan tentang harta yang terpendam dan mutiara yang berharga. Sebelumnya baik kita ingat kembali perumpamaan-perumpaan sebelumnya. Yesus pada waktu itu mengajar orang banyak dalam perumpamaan-perumpamaan, ada tiga perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus yaitu tentang “Seorang Penabur”, “Lalang diantara Gandum” dan “Biji Sesawi dan Ragi” (silahkan klik pada judul menuju tautan dimaksud).

Setelah ketiga perumpamaan itu, Tuhan Yesus selesai dan orang banyak pulang meninggalkan tempat itu. Namun masih ada para murid-murid yang penasaran dan masih “melanjutkan kelas” itu secara terpisah, pokok pertanyaan mereka adalah meminta penjelasan akan perumpamaan Seorang Penabur. Dan benar, perumpamaan Seorang Penabur adalah yang paling mendasar untuk mengerti seluruh perumpamaan-perumpamaan lainnya, bahkan lebih dari itu, ini kunci untuk memahami seluruh pengajaran Tuhan Yesus disepanjang “kelas”-Nya. Yaitu untuk mengerti kebenaran pengajaran Tuhan Yesus, seseorang harus memiliki cara mendengar yang benar dan sikap hati yang baik. Saya kembali mengharapkan agar anda membuka tautan di atas dan membacanya bila belum membacanya, sehingga tidak hanya mengerti sejauh yang dijabarkan di sini, bahkan lebih sampai ke pemahaman pribadi dan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut kelas malam itupun berlanjut pada perumpamaan berikutnya yaitu Harta Yang Terpendam dan Mutiara Yang Berharga, sebagai berikut Tuhan Yesus bercerita:

“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya dan membeli ladang itu.  Demikian pula Hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”

Saudara kekasih Tuhan, sebagaimana perumpamaan tentang Biji Sesawi dan Ragi, kitapun memahami bahwa ada maksud Tuhan dengan mengandengkan dua cerita dalam perumpamaan yang baru kita baca tadi.  Dan kita tahu bahwa jika keduanya disatukan dalam satu perumpamaan, tentu ada makna dibaliknya, baik itu suatu kesatuan yang menguatkan atau urutan yang memberi penjelasan lebih mendalam.

Bagian pertama Hal Kerajaan Sorga itu bagai harta terpendam, bagian kedua disebutkan bagai mutiara yang sangat berharga.  Juga kita lihat bahwa pada bagian pertama, orang menemukan harta terpendam, sedangkan bagian kedua seorang pedagang mencari mutiara yang indah. Satu bersifat pasif yaitu ditemukan, dan satu lagi bersifat aktif yaitu mencari. Namun keduanya memberi akibat yang sama, yaitu menjual seluruh miliknya untuk memiliki baik harta terpendam maupun mutiara yang sangat berharga itu.

Demikianlah hal Kerajaan Sorga yaitu Keselamatan oleh Injil bisa terjadi dalam kehidupan seseorang. Tuhan Yesus menunjukkan ada yang tidak mencari tapi kemudian menemukan, ada yang mencari dan menemukan. 

Positifnya disini adalah tidak ada yang mencari yang tidak menemukan. Seperti ucapan bahagia yang di sampaikan Tuhan Yesus pada kotbah di bukit pada Matius 5:6 yang berbunyi:

“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.”

Juga dalam percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus pada Injil Yohanes pasal 3 ayat 7-8, dimana saat itu Tuhan Yesus menjelaskan bahwa untuk masuk kerajaan Allah atau Sorga, seseorang harus dilahirkan kembali atau lahir dari atas, yaitu pertobatan dari dosa dengan mengimani Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pada saat itu Tuhan Yesus menjelaskan juga bahwa orang-orang yang demikian tidak bisa ditebak kapan terjadi, bagaimana dan dimana. Tidak bisa juga disama ratakan caranya seperti apa.

“Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Engkau harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mada ia datang dan kemana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.”

Seiring dengan perumpamaan Lalang di antara Gandum, kita paham bahwa memang seseorang bertobat dan percaya Tuhan Yesus merupakan keajaiban dalam hidup seorang manusia. Karena sampai titik tertentu, lalang dan gandum kelihatan sama, namun pada saat penuaian, gandum akan berbeda dengan lalang. Dan kita tidak bisa menebak bagaimana dan kapan serta siapa yang ternyata gandum pada akhirnya. Kita juga tidak paham bagaimana seseorang tiba-tiba menjadi begitu beriman pada Tuhan Yesus sebagai penebusnya. Seperti angin, entah bagaimana, seseorang bisa mengambil keputusan untuk menerima dan percaya pada Tuhan Yesus. Bahkan seringkali harus ditolak oleh keluarganya sendiri.

Dari sini kita bisa memahami bahwa tidak ada satu ritual, perbuatan atau pengalaman rohani yang menjadi syarat seseorang menerima Tuhan dalam hidupnya. Bukan harus dibaptis dahulu (walaupun baptisan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah perintah Tuhan untuk pernyataan sikap bersaksi/tanda lahiriah menjadi pengikut Kristus), bukan harus berbahasa Roh dulu, bukan harus mengalami mujizat, dan lain sebagainya. Tiap orang bisa saja mengalami kejadian yang sama ataupun berbeda (kebanyakan berbeda). Intinya, ada suatu waktu, seseorang mendengar berita Injil dan menyakininya sebagai keselamatan sejati, saat seseorang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, saat itu dia dilahirkan kembali secara rohani, atau seperti pembacaan sebelumnya, dia menjadi jelas sebagai kelompok gandum.

Perumpamaan yang kita baca ini menarik. Kalau dipikir, kenapa seorang menemukan harta di ladang dan memilih menguburkan lagi lalu membeli seluruh ladang itu, sehingga harta itu miliknya? Apakah karena terlalu jujur? Apa susahnya mengambil harta itu lalu pergi meninggalkan ladang itu?
Jawabannya adalah karena harta itu sangat banyak dan besar, yang hanya mungkin dimiliki jika ladang itu menjadi miliknya, dan itu membutuhkan biaya yang besar, yaitu menjual seluruh miliknya.
Seorang pedagang mencari mutiara yang indah, namun menemukan mutiara yang sangat berharga, harga yang dipasang pada mutiara itu adalah seluruh miliknya juga. Jadi kedua tokoh dalam cerita ini kehilangan seluruh miliknya guna memiliki Hal Kerajaan Sorga tersebut.

Tuhan Yesus hendak menunjukkan nilai Hal Kerajaan Sorga bagi kita. Yaitu senilai diri kita. Tuhan Yesus menebus kita dari dosa-dosa kita dengan pengorbanan-Nya pada kayu salib. Mengapa ini sangat bernilai? Karena Tuhan Yesus adalah inkarnasi Allah yang menjadi manusia, yang disebut juga Imanuel. Allah yang melawat ciptaan-Nya, Dia yang tidak berdosa dijatuhi hukuman dosa, yaitu mengambil hukuman maut yang sebenarnya melekat pada manusia.

Untuk menjadi korban penebus dosa, harus ada manusia yang tidak berdosa yang mengambil tanggung jawab tersebut. Dan sedihnya, tidak ada manusia yang tidak berdosa. Kecuali Allah berinisiatif melakukan penyelamatan. Untuk itu dipilih seorang perawan bernama Maria dari Betlehem, memakai rahim Maria, Allah melalui Roh-Nya menjadi manusia. Tidak sesulit yang dipikirkan dan terlalu susah untuk dipercaya, karena seperti halnya Allah mengambil tulang rusuk Adam dan membentuk Hawa lalu menghembuskan nafas-Nya (Roh), sehingga Hawa ada. Demikian juga tanpa ada proses hubungan manusia, Allah menghembuskan nafas-Nya (Roh) sehingga lahirlah bayi Yesus. Seorang manusia yang tidak berdosa dengan satu tujuan, SALIB!

Ya, anda bisa saja tidak mempersiapkan diri dan menemukan hal Kerajaan Sorga (atau lebih tepatnya Kerajaan Sorga yang menemukan anda), atau anda giat mencari kebenaran dan menemukan Kerajaan Sorga (atau lebih tepatnya Kerajaan Sorga membiarkan diri ditemukan). Karena kedua hal itupun adalah mujizat dan memberi dampak luar biasa dalam hidup kita, yaitu segala milik kita.

Jika kita semua adalah budak dosa dan kita ditebus Tuhan, tentu kita bukan milik kita sendiri, kita sudah “menjual” seluruh milik kita termasuk diri kita kepada maut, dan Tuhan Yesus sudah menebus kita, kita sekarang milik Dia.

Dari perumpamaan inipun kita melihat bagaimana sikap dan “kegilaan” orang yang menemukan harta dan mutiara tersebut, yaitu orang yang menemukan Kerajaan Sorga. Mereka meluap dengan sukacita, mereka mengetahui nilai yang ada di hadapan mereka, mereka rela menukarnya dengan segala miliknya. Itu teramat sangat berharga. Hal Kerajaan Sorga terlalu berharga sehingga tidak mungkin seseorang yang mengenal dan mengetahui nilainya mau melepaskan atau menukarnya kembali.

Sebenarnya atau tepatnya, seharusnya, tidak ada orang Kristen yang murtad. Jika ada orang yang murtad, kemungkinannya adalah dia belum menjadi Kristen sebelumnya. Karena jika dia mengenal “harta atau mutiara” Kerajaan Sorga yang dimilikinya, tentu tidak akan rela untuk murtad sekalipun nyawa taruhannya.

Murtad yang dimaksud dalam Alkitab adalah ketika seseorang menolak percaya akan karya Roh Kudus dalam pengorbanan Kristus pada Salib untuk menebus manusia berdosa. Yaitu menolak mempercayai Yesus sebagai Tuhan yang sejati, padahal dia tahu bahwa itu benar. Atau menganggap Yesus Kristus manusia biasa dan bohong, sehingga menyatakan bahwa karya Roh Kudus membangkitkan Yesus Kristus dari kematian sebagai konfirmasi ke-Tuhan-an Yesus Kristus sebagai kebohongan, itulah mereka yang disebut murtad. Semua orang yang sampai masa penuaian nanti, yaitu para lalang, yaitu mereka yang pura-pura tidak tahu, atau tidak mau tahu, juga yang sepenuh benci lalu menolak Kristus, itulah yang disebut murtad. Tapi sekali lagi, murtad baru diketahui pada saat penuaian, bukan sekarang.

Ilustrasi: Seorang wanita yang tadinya rajin ke sekolah minggu, pelayanan pemuda dan sebagainya, kemudian melepas Kekritenannya untuk menikah dengan pria yang beda agama, wanita itu belum murtad. Pada intinya wanita itu belum Kristen sebelumnya (belum warga Kerajaan Sorga, mungkin hanya Kristen keturunan atau KTP saja). Karena jika benar dia seorang yang telah menemukan “harta atau mutiara” Kerajaan Sorga, maka melepaskan iman itu tidak akan mungkin terjadi. Lebih baik mati mempertahankan harta yang dimiliki dengan melepas segala yang kita miliki, daripada menukarnya dengan yang tidak berharga bukan? Demikianlah seorang yang mengenal keselamatan dari Kristus tidak ada yang bisa murtad, karena pasti tidak mau murtad.

Jadi jika anda menemukan kasus seperti itu, jangan menyerah, doakan dan doakan, tetap ajak untuk menemukan Kerajaan Sorga, memperkenalkan pada Kristus yang sejati, bukan cerita atau sekedar agama, tetapi sungguh-sungguh kenyataan bahwa Kristus bangkit dan hidup, tidak ada terlambat sebelum nafas berhenti dan atau sangkakala akhir zaman dibunyikan. Sebelum penuaian, lalang dan gandum belum bisa dibedakan (agar melihat tautan perumpamaan Lalang diantara Gandum). Kita harus tetap positif terhadap kemungkinan seseorang diselamatkan. Jika memang tidak ada harapan, tentu Tuhan tidak memberikan nafas kehidupan. Jadi, tentu masih ada harapan.

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, tidak ada yang lebih berharga dari Kerajaan Sorga. Semua orang menginginkan hal itu. Memiliki Kerajaan Sorga berarti melepaskan seluruh milik kita, menjadikan diri kita milik Tuhan Yesus. Amin.

Note. Ikuti serial Hal Kerajaan Sorga selanjutnya. -md
  




Thursday 11 September 2014

Biji Sesawi dan Ragi – Serial Hal Kerajaan Sorga

Biji Sesawi dan Ragi – Serial Hal Kerajaan Sorga
Pembacaan: Matius 13:31-35



Saudara yang kekasih dalam Kristus, sebelumnya kita telah membaca dan merenungkan 2 perumpamaan yang menjelaskan Hal Kerajaan Sorga.

Perumpamaan pertama adalah tentang Seorang Penabur dimana kita belajar ke dalam diri kita, yaitu cara kita mendengar dan bagaimana tanah hati kita. Ini adalah dasar dari keseluruhan pemahaman perumpamaan-perumpamaan lainnya, bahkan secara khusus diajarkan terpisah oleh Tuhan Yesus pada murid-murid-Nya yang masih tinggal di situ, sekalipun “sekolah/kebaktian” sudah selesai. Oleh karena itu jika belum membacanya, maka sangat disarankan untuk membacanya dahulu disini

Perumpamaan kedua adalah tentang lalang di antara gandum dimana kita belajar ke luar diri kita sendiri, yaitu bagaimana kita memandang orang lain dari sudut pandang Tuhan. Yaitu tidak ada seorangpun diantara kita bisa menghakimi siapa lalang dan siapa gandum atau siapa yang masuk neraka atau masuk sorga, sebelum akhir zaman/kiamat. Karena semuanya masih hidup dan masih berkesempatan bertobat dan beriman pada Kristus untuk keselamatannya.

Dan yang memisahkan dan memastikan mana lalang dan gandum pada saat itu tidak akan salah, karena para malaikat Tuhan yang akan melakukan pemisahan tersebut. Siapa lalang dan siapa gandum hanya bisa di lihat nanti saat panen, tidak bisa dilihat sekarang ini, bahkan Tuan pemilik ladangpun melarang para pengurus ladang untuk mencabut lalang saat itu juga, agar jangan kiranya gandum turut tercabut. Jika anda belum membacanya, sebaiknya dapat membaca disini.

Perumpamaan ketiga ini adalah kisah tentang Biji Sesawi dan Ragi. Demikian firman Tuhan dalam Alkitab Injil Matius 13:31-35,

Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.”

Dan Ia menceritakan perumpamaan ini juga kepada mereka: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”

Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh para nabi: “Aku mau membuka mulutku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal tersembunyi sejak dunia dijadikan.”



Baiklah kita coba perhatikan dulu bagian akhir dari kalimat firman ini, yaitu bahwa Yesus hanya menyampaikan dalam perumpamaan sebagaimana yang telah dinubuatkan/ramalkan oleh para nabi ratusan tahun sebelumnya (Mazmur 78:2).



Perlu kita ingat saat itu masih berlansung “kelas” pengajaran, dimana sebelumnya Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang penabur, tentang lalang dan gandum baru kemudian tentang biji sesawi dan ragi ini. Setelah kelas selesai, barulah para murid yang tinggal tetap bertanya penjelasan tentang perumpamaan Seorang Penabur itu pada Tuhan Yesus. Anda bisa melihat, setelah diberi penjelasan tentang perumpamaan pertama itu, yaitu seorang penabur, murid-murid kemudian terbuka pikirannya untuk mengerti perumpamaan-perumpamaan lainnya. Tentu saja seandainya tidak, merekapun akan bertanya tentang perumpamaan lalang diantara gandum maupun biji sesawi dan ragi ini, tapi tidak. Bahkan Tuhan melanjutkan “kelas malam” itu dengan perumpamaan lainnya yang akan kita bahas pada bahan selanjutnya. Jadi kuncinya terlebih dahulu adalah cara mendengar dan hati kita.





Saya suka game Prince Of Persia di Xbox atau sejenisnya. Dahulu waktu masih kecil saya memainkan game ini dalam versi computer DOS menggunakan disket kotak itu…hahahaha kalau teringat sangat lucu, karena gambarnya 2D, masih kasar dan sederhana. Namun sekarang permainannya jauh lebih bagus dan kompleks dari yang masa kecil saya. Dengan teknologi maka layar yang ditampilkan adalah 3D membuat tokoh-tokohnya seperti hidup. Namun yang menarik adalah, kadang kala dalam game ini, kita harus kembali ke lokasi yang kita sudah lewati, mengapa? Karena kita belum memiliki kunci yang tersembunyi pada salah satu levelnya. Tak peduli anda sudah di depan pintu, sudah mengalahkan semua musuh, memiliki senjata tercanggih, tetap, tanpa kunci anda tidak bisa lewat, anda harus punya kunci. 

Para nabi mengingatkan bahwa Yesus akan membuka tabir tersembunyi sejak zaman purbakala, yaitu masa dunia dijadikan. Tentu itulah Hal Kerajaan Sorga, yang oleh karena dosa dan waktu, orang lupa bagaimana rasanya taman Eden, Firdaus atau Sorga itu. Mereka lupa sejak Adam dan Hawa diusir, mereka harus mengusahakan tanah yang dikutuk Allah, sehingga mereka tidak ingat seperti apa kerajaan Sorga itu. Oleh karena itu, perlu sekali kita memiliki kunci untuk memahami perumpamaan-perumpamaan ini. Anda dapat membacanya disini.

Perumpamaan biji sesawi dan ragi ini saling terkait dan memiliki arti yang menguatkan. Tuhan Yesus sering melakukan pengulangan maupun penekanan pada hal tertentu lebih dari sekali. Satu kalimat dikuatkan atau dijelaskan oleh kalimat lainnya. Termasuk biji sesawi dan ragi ini.

Contoh lainnya pada Yohanes 3, percakapan Yesus dengan Nikodemus. Ketika Yesus mengatakan bahwa Nikodemus harus dilahirkan kembali supaya bisa masuk Kerajaan Sorga, maka Nikodemus bingung dan bertanya bagaimana mungkin menjadi bayi lalu masuk ke rahim ibu lagi? Saat itu jelas Nikodemus tidak paham, lalu Yesus mengucapkan kata-kata ini menjelaskan padanya (Yohanes 3:5).

Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.”

Banyak orang salah paham atas makna perkataan Yesus, ada yang memercayai air dimaksud adalah air baptisan dan berhubungan dengan curahan Roh Kudus. Kadang yang lebih ekstrim mengkaitkan dengan metode baptisan tertentu seperti selam, celup, percik dan sebagainya. Tapi itu tidak benar, Yesus tidak sedang bicara baptisan saat ini, tidak sama sekali. Yesus bicara kelahiran kembali atau kelahiran dari atas seorang manusia.

Semua manusia dikandung dalam air pada rahim ibunya, saat air itu keluar atau air ketuban itu pecah, maka manusia dilahirkan. Itu yang dimaksud air, yaitu lahir secara daging. Dan setiap manusia yang lahir dari daging mewarisi kedagingan yang berdosa sejak Adam dan Hawa, seluruh DNA kita tercemar oleh dosa Adam dan Hawa yang memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat, termasuk terjebak dalam kutukan, upah dosa adalah maut, dosa itu berdiam dalam daging.

Kemudian Yesus mengatakan, tidak hanya lahir dari daging saja, tetapi juga harus lahir dari Roh Allah, barulah lengkap dan layak masuk Kerajaan Allah. Kelahiran Roh berlaku pada roh kita, yaitu nyawa hidup kita. Dalam hal ini, pada ayat-ayat selanjutnya Yesus menjelaskan bahwa cara untuk lahir dari Roh adalah pertobatan dengan mengimani Kristus sebagai Anak Allah yang menebus manusia dari dosa-dosanya (Yohanes 3:16).

Perhatikan bahwa secara spesifik Yesus mengatakan lahir dari daging dan Roh. Artinya tidak bisa salah satunya. Daging saja, yaitu manusia berdosa tidak cukup, jika dia mati dan belum lahir dari Roh, maka dosanya terbawa ke alam roh yang adalah alam kekal, maka hukuman kekalpun dideritanya. Tidak bisa juga roh saja, contohnya iblis yang adalah roh yang dalam alam kekekalan, tidak mungkin menerima penebusan lagi, karena dosanya sudah dalam alam kekal.

Karena itulah perlu dipahami, kesempatan anda untuk masuk sorga hanya saat anda hidup di dunia. Tidak ada perbuatan orang lain, doa, amal dan uang yang dapat menebus anda jika anda sudah mati atau berpindah ke alam kekekalan, bahkan pengorbanan Yesus Kristus pada salibpun tidak akan bisa. Jadi bertobatlah saat ini semasa anda hidup.

Kembali ke biji sesawi dan ragi. Seperti yang saya sampaikan bahwa keduanya memiliki pengertian yang saling mejelaskan dan menguatkan, ada persamaan dan perbedaan di dalamnya. Mari kita coba pahami.


Persamaannya:


1.  Dari kecil menjadi besar.

  • Biji Sesawi adalah salah satu jenis sayuran yang umum di Israel. Biji sesawi atau mustard sangat kecil bagaikan biji cabai. Namun jika sudah tumbuh maka menjadi tumbuhan besar seperti pohon eik atau berigin (saya ingin sekali jika berkesempatan pergi ke sana dan memotretnya, namun anda bisa melihat di internet juga. Foto dibawah bukan pohon sesawi tetapi jika dibandingkan kurang lebih sama seperti itu).
  • Ragi itu sangat sedikit namun jika dicampurkan ke dalam adonan tepung maka efeknya setelah dimasak akan membesarkan roti/kue tersebut. Tanpa ragi, adonan tepung yang dimasak tidak akan mengembang dan lembut melainkan sesuai ukuran awal cetakannya dan keras adanya.

Kedua contoh atau perumpamaan ini menunjukkan bahwa Hal Kerajaan Sorga itu mulai dari kecil menjadi besar ataupun menjadikan besar. Tuhan Yesus memulai dengan 12 orang murid, bahkan akhirnya hanya 11 murid, dan sekarang Kekristenan menjadi kepercayaan terbesar yang ada di dunia. Yesus Kristus memulai dengan 3,5 tahun pelayanan, namun setelah ribuan tahun ke depan kita semua bergantung pada-Nya, bahkan dalam kalender kitapun ada nama-Nya (AC-After Christ, BC-Before Christ). Jika ingin lebih teliti lagi, kita melihat keadaan zaman sekarang ini masih sesuai dengan nubuat/ramalan Alkitab (karena Alkitab memuat berita sampai akhir zaman atau kiamat – kitab Wahyu).

Mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung-ujung bumi, demikian Injil Kerajaan Sorga berkembang. Di sini ada janji juga, bahwa bagi mereka yang percaya dan tinggal sebagai minoritaspun, Kerajaan Sorga akan berdampak besar bagi lingkungannya.



2.  Mempengaruhi lingkungannya.

Seperti yang dijelaskan di atas, tentu biji sesawi yang sudah menjadi pohon maupun ragi yang khamir terhadap adonan akan mempengaruhi lingkungannya. Kita baca bahwa pohon itu menjadi sarang bagi burung-burung, menjadi sayur juga, menjadi banyak hal lainnya, terutama pohon untuk berlindung. Sementara jelas ragi berfungsi mempengaruhi adonan tepung menghasilkan kue yang mengembang dan renyah/gurih.

Kekristenan selalu menjadi inti dari sejarah dunia. Kata “History” dalam Bahasa Inggris konon diambil dari 2 kata “His Story” (Kisah DIA), sehingga sejarahpun dibagi dalam timeline waktu BC (Before Christ) dan AC (After Christ). Betapa kisah penyaliban dan kebangkitan Kristus menjadi poros dalam sejarah dunia. Kekristenan juga menjadi pengembang ilmu pengetahuan dan budaya. 

Banyak penemu-penemu science modern dari kalangan Yahudi dan Kristen, sebagai contoh penemu hukum Newton yang membuka jalan ke dunia antariksa, Sir Issac Newton dalam catatan sejarah menghabiskan ½ hidupnya untuk science dan ½ lagi untuk membaca Alkitab. Albert Einstain yang menemukan hukum relativitas juga seorang yang sangat mempercayai keberadaan Tuhan dan menganggap orang yang tidak percaya adanya Tuhan itu bodoh. 

Bahkan pada zaman dahulu di pedesaan, seorang pendeta merangkap sebagai guru, dokter dan ahli pertanian bagi daerahnya. Gerejapun banyak mendirikan sekolah-sekolah dan rumah sakit untuk melayani orang banyak.




Perbedaannya:

1.  Homogenitasnya berbeda.


Homogenitasnya yang dimaksud adalah dampak penyatuannya. Keduanya memang mulai dari kecil/sedikit namun menjadi besar. Namun ada perbedaan antara pohon sesawi dengan adonan yang khamir oleh ragi tersebut. 

Pohon tersebut dikatakan menjadi naungan dan tempat bersarang burung-burung di udara. Walaupun demikian burung-burung itu tetap menjadi benda asing bagi pohon tersebut. Bukan menjadi bagian pohon tersebut, tidak menyatu dengan pohon tersebut.

Beberapa pengajaran menerjemahkan ini sebagai kelompok orang yang menumpang saja di gereja, atau dikatakan Kristen KTP atau keturunan saja, tetapi tidak percaya secara pribadi pada Kristus. Ada yang bahkan ekstrim mengatakan bahwa burung-burung ini gambaran orang-orang yang memanfaatkan kebesaran gereja, misalnya negara, politisi dan sebagainya. 

Terlepas dari itu semua, saya memandangnya sebatas tidak menyatu antara pohon dan burung-burung itu dan bahwa walaupun demikian, kerajaan Sorga yang digambarkan di sini memberi kebaikan dan naungan bagi siapapun juga. Artinya hal Kerajaan Sorga selalu berdampak besar memberkati semua orang.

Sebaliknya dengan ragi, ragi menyatu dengan adonan, tidak bisa dipisahkan lagi ketika sudah khamir. Ini homogen. Ini lebih kepada personal, yaitu menyatunya seseorang dengan Tuhan. Hal Kerajaan Sorga memberi dampak pada hidup orang-orang yang percaya pada Kristus. Kristus bagaikan ragi yang menyatu dengan kita yang bagaikan adonan, semakin lama semakin menyatu dan homogen dengan Tuhan, semakin seperti Kristus. Anda bisa lihat dampaknya bagi seseorang yang telah memiliki kepastian keselamatan, bisa baca disini.


2.  Kualitas pelayanannya berbeda.

Ya benar, kita bisa melihat perbedaannya. Biji sesawi menjadi pohon yang menaungi, berguna, bahkan menjadi bahan makanan yaitu sayur, adalah wujud kualitas pelayanan umum yang diberikan oleh mereka yang telah mengerti hal Kerajaan Sorga. Namun ini memiliki batas pada fisik saja, pohon besar saja, atau pelayanan luar saja.

Sepertinya Tuhan Yesus sudah memperlihatkan apa jadinya nanti gereja-Nya, apa yang akan diperbuat di masa mendatang. Gereja menjadi besar, menjadi naungan siapa saja, memberi pelayanan kesehatan, memberi perlindungan bahkan memberi kelepasan dari beban-beban hidup. Hanya saja itu tidak cukup, makanya Tuhan memberikan perumpamaan ragi digandengkan dengan perumpamaan biji sesawi ini.

Kekristenan selalu bertumbuh, keinginan membangun gereja yang besarpun bukan tidak mungkin. Tidak perlu ragu, Tuhan sudah lihat kita bisa. Anda seorang anggota gereja, berpikir bangun gereja 10 tingkat, bisa melayani orang banyak, rumah bagi yang terlantar, bisakah? Bisa! Apakah ingin membangun sekolah-sekolah? Bisa! Apakah mau membangun klinik/RS untuk orang tidak mampu? Bisa! Kekristenan itu pohon sesawi besar. Tapi apakah hanya di situ saja? TIDAK!

Tuhan ingin gereja menjadi berkat bagi banyak tetapi juga lebih dari pada itu. Tuhan Yesus ingin orang percaya menjadi ragi, yang bercampur sampai khamir dan memberi perubahan pada lingkungan. Adonan tepung itu tidak akan pernah sama lagi, tidak bisa kembali seperti semula jika sudah dicampur ragi. Tuhan ingin hal Kerajaan Sorga itu menyatu dalam diri orang percaya, dan orang percaya mengubah lingkungannya untuk menyatu dengan Kristus.

Perumpamaan hal kerajaan sorga biji sesawi dan ragi ini memberikan kita pengertian, bahwa dalam iman percaya pada Kristus ada perubahan-perubahan besar (bukan kecil) yang terjadi. 

Perubahan ke luar, kita menjadi berkat dalam lingkungan kita (baik kerja, pergaulan, pelayanan, kebaikan dan sebagainya), bahkan dapat mempengaruhi anggota keluarga atau kerabat yang belum percaya.

Perubahan ke dalam, yaitu kita semakin menyatu dan berubah menjadi seperti Kristus, Sang Raja Kerajaan Sorga. Amin.


Note. Ikuti serial Hal Kerajaan Sorga selanjutnya. -md