Saturday 24 November 2012

Anak-anak kecil Allah!


MATIUS 18:1-14

Penginjilan anak sudah lama menjadi perdebatan bagi sebagian besar orang. Beberapa gereja (apalagi orang tua) bahkan kurang menekankan penginjilan terhadap anak, mereka menganggap anak belum dapat memahami Injil bagi keselamatan mereka.  Hal ini diperburuk dengan orang tua yang salah dalam mendidik anak-anaknya atau yang tidak memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya.
Bukan itu saja, gerejapun turut ambil bagian dalam menjauhkan anak-anak dari kebenaran, contohnya, memisahkan ibadah anak dengan orang tuanya dengan alasan anak-anak membuat ribut dan mengganggu hikmat ibadah dewasa.  Padahal, kapan lagi seorang anak melihat orang tuanya tunduk dihadapan Allah jika tidak di gereja? Bukankah ketika orang tuanya tunduk dalam ibadah gereja menjadi kesempatan bagi anak menyadari bahwa ada “Seseorang” yang lebih hebat dan lebih ditakuti oleh orang tuanya? Bahwa ada Yesus yang lebih ditakuti oleh papanya yang galak itu?

Banyak guru-guru sekolah minggu juga yang tidak mengerti kenapa mereka melayani sekolah minggu.  Selama beberapa tahun saya memberi pelatihan guru sekolah minggu di daerah-daerah, biasanya dengan 4 pertanyaan sederhana ini, kita bisa mengukur apa motivasi seseorang melayani sekolah minggu:
1.       Apakah Injil itu?
2.       Bagaimana caranya saya dapat masuk ke Sorga?
3.       Saya melayani anak supaya…….
4.       Apa itu Alkitab?

Jika anda yang membaca tulisan ini adalah seorang guru sekolah minggu, cobalah berhenti sejenak dan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan cepat, tuliskan dalam selembar kertas. Kita lihat apakah ada perbedaan setelah membaca seluruh tulisan ini nanti.

*********************************

Bagi kebanyakan orang, penginjilan anak sangat sulit, mereka terpaku bahwa anak kecil tidak atau sulit mengerti tentang Tuhan. Padahal mereka lupa, bahwa semakin muda usia seseorang, justru semakin dekat roh-nya dari Tuhan dibandingkan usia tua yang sudah lama hidup dalam kecemaran dunia. Anak yang baru lahir tentu lebih dekat dengan waktu penciptaannya dan Penciptanya daripada seseorang yang sudah 30 tahun lalu dilahirkan di dunia ini bukan?

Penginjilan anak adalah keharusan.  Matius 28:16-20 merupakan Amanat Agung Tuhan Yesus bagi setiap orang percaya, isinya adalah memberitakan Injil kepada segala bangsa! Bukankah ini termasuk anak-anak?
Mari kita lihat pandangan orang-orang tentang anak-anak dibandingkan dengan pandangan Yesus terhadap anak-anak. Kita lihat kisah terkenal tentang Yesus dan anak-anak kecil dalam Matius 18:1-14.

(1-5) Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”. Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak kecil seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut aku.”

Ketika orang mengatakan anak kecil tidak dapat mengenal Tuhan atau mengerti firman Tuhan, tidak dapat mengambil keputusan, atau bahkan hanya ikut-ikutan saja, Alkitab sebaliknya menekankan bahwa anak-anakpun dapat bertobat dan percaya pada Yesus. Bahkan sangat unik, ketika murid-murid bertanya siapa yang terbesar di Kerajaan Sorga, Tuhan Yesus memberi syarat bahwa mereka harus menjadi seperti anak kecil ini supaya bisa masuk, bahkan supaya bisa menjadi terbesar dalam Kerajaan Sorga.
Ketika kita menunggu dan mengatakan anak supaya cepat besar dan jangan seperti anak kecil, sebaliknya Yesus menyuruh murid-murid-Nya yang sudah tua itu untuk menjadi seperti anak kecil. Aneh bukan? Mengapa?

Karena anak kecil memiliki sifat percaya yang tulus. Mereka mudah bergantung karena memang sifatnya bergantung kepada orang dewasa. Tuhan mau kita memiliki iman seperti anak-anak ini, yaitu percaya dengan tulus dan bergantung penuh pada Tuhan.  Pernahkah anda menolong seorang nenek-nenek jatuh? Biasanya nenek-nenek itu akan pura-pura menolak, gengsi untuk ditolong. Tapi lihat anak kecil jika jatuh, dia menangis dan minta digendong, sangat bergantung. 
Saya tidak mengatakan bahwa kita akan merengek-rengek seperti anak kecil, saya yakin juga Yesus tidak bermaksud demikian. Tetapi meletakkan kepercayaan penuh pada-Nya seperti seorang anak kecil yang datang berlari-lari menyambut papanya pulang kerja dan melompat untuk digendong papanya.  Anak seperti itu tidak melihat siapapun selain papanya, dan percaya penuh ketika digendong dan dilempar dan ditangkap oleh papanya. Sambutlah Tuhan Yesus seperti itu!

Demikian bernilainya anak-anak sehingga Yesus mengatakan barangsiapa menyambut anak kecil ini, dia menyambut Yesus.  Sungguh keterlaluan jika ada orang dewasa yang tidak menyambut anak kecil dengan kasih sayang, seperti Yesus menyambut anak-anak dengan kasih sayang.
(6-11) Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.

Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu daripada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.
Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di Sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. [karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang].

Wow luar biasa, ketika kita hampir yakin anak-anak kecil tidak bisa mengerti Injil, Yesus bahkan menyebutkan pada ayat 6 bahwa ada anak-anak yang percaya kepada-Nya.  Itu berarti anak-anak kecilpun bisa memutuskan untuk percaya Yesus kalau mereka di Injili.  Dan lihat bagaimana kerasnya Yesus mengancam mereka yang mencoba menyesatkan anak kecil, hukumannya sangat parah sehingga lebih baik orang yang menyesatkan itu ditenggelamkan ke laut dengan pemberat batu kilangan (batu kilangan adalah batu yang dibuat untuk memeras anggur, biasanya batu itu bundar berukuran besar dan hanya bisa di putar untuk menggiling minimal dengan tenaga 2 orang atau seekor keledai).
Bahkan Yesus mengatakan, jika saja tanganmu atau kakimu atau matamu menyesatkan, lebih baik dimutilasi dari pada masuk seluruh badan ke neraka. Artinya benar-benar sadis hukuman bagi penyesat anak kecil.  Apakah mungkin seorang penyesat atau penganiaya lolos dari pandangan Tuhan? Tidak mungkin, karena ada malaikat mereka di Sorga yang selalu memandang wajah Bapa di sorga. Jika kita menyesatkan anak dengan cara mengajar kita, cara didikan, kekerasan rumah tangga, ketidak pedulian terhadap pertumbuhan rohani anak, dan sebagainya: percayalah, Allah akan menuntutnya dari anda. Jadi betapa bernilainya anak-anak kecil ini dimata Allah.

Ini bukan berarti memanjakan anak, itu salah besar. Memanjakan anak adalah wujud ketidak pedulian dan ketidak sayangan seseorang terhadap anak. Karena anak yang manja selalu berpikir segala keinginannya akan didapatkannya, sementara kehidupan tidak demikian. Bahkan Allah tidak selalu memberikan yang kita minta. Anak yang dimanja punya kecenderungan berakhir di rumah sakit jiwa ketika dewasa, karena mentalnya tidak bertumbuh untuk kuat menghadapi kekecewaan demi kekecewaan.
Yang dimaksud dari pembacaan ini adalah: anak-anak memiliki sifat yang sangat terbuka untuk percaya, tetapi anak-anak itu tidak tahu bahwa:

1.       Allah mengasihi anak-anak (bukan seperti yang selalu kita ajarkan kalau nakal Tuhan marah, itu tidak benar sama sekali, itu penyesatan. Tuhan sayang anak-anak, bukan pemarah anak-anak).
2.       Bahwa dirinyapun (anak kecil) manusia berdosa atau status berdosa dan memerlukan pertobatan.
3.       Yesus datang untuk menyelamatkan (anak-anak) dan memberi jalan ke Sorga.
4.       Mereka tidak tahu bahwa kalau percaya Yesus maka mereka ke Sorga.
Tetapi jika anak-anak diberitahukan (diInjili) maka mereka mudah mengerti.

(12-14) “Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor diantaranya sesat, tidakkah ia akan yang meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang sembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikianlah juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.”
Jelas sudah, bahwa anak-anak kecil perlu diInjili. Karena Allah tidak menginginkan serorangpun dari anak-anak hilang. Kita harus mencari setiap anak dan mengantarkannya untuk mengenal Yesus Kristus demi keselamatannya.

Mungkin kita belum sadar, bahwa anak-anak kita dalam bahaya. Bahaya pertama adalah tidak terselamatkan karena tidak diInjili. Bahaya lainnya adalah bahwa anak masa kini sedang diserang oleh berbagai ajaran dunia. Kemajuan teknologi membuat anak-anak dengan mudah mendapat akses ke hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Itulah perlunya sejak dini seorang anak menerima dan memiliki Yesus dalam hatinya. Sehingga Roh Kudus itu akan menuntun hidup anak itu.
Sejak kapan seorang anak dapat mulai diInjili? Jawabannya, sejak mereka mengerti bahasa atau percakapan. Menurut pengalaman pelayanan penginjilan anak yang kami lakukan, anak-anak berumur 3-5 tahun sudah dapat diberitakan tentang karya penebusan Yesus Kristus.

Membimbing anak kepada Yesus tidak sama dengan:
·         Membuat anak rajin ke sekolah minggu.
·         Mengetahui semua cerita Alkitab.
·         Rajin menghafal ayat Alkitab.
·         Membuat anak pintar menyanyi lagu-lagu pujian/rohani.
·         Menyuruh anak mengasihi Tuhan Yesus

Namun itulah yang sering terjadi di gereja dan sekolah minggu bukan? Begitu banyak tugas-tugas, permainan-permainan dan sebagainya. Tidak ubahnya dengan sekolah Taman Kanak-kanak versi rohani.  Tetapi membimbing anak kepada Yesus adalah:
·         Anak mendengar berita Injil.
·         Jelas tentang apa yang harus dia (anak) percayai.
·         Bagaimana dia (anak) bisa mendapat keselamatan kekal itu.
·         Mengambil keputusan untuk menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadinya.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan, ketika kita memahami sudut pandang Yesus terhadap anak-anak ini, bagaimana pandangan kita sekarang sebagai orang dewasa terhadap anak-anak? Bagaimana pandangan seorang guru sekolah minggu terhadap setiap anak dalam kelasnya? Apakah saudara sedang melihat mayat-mayat hidup kecil yang riang gembira? Ataukah anak-anak saudara telah memiliki kepastian keselamatan dan menjadi anak-anak kecil Allah?
Lalu bagaimana kita benar-benar bisa membimbing anak kepada Yesus? Tentunya ketika kita bisa menjawab dengan tepat 4 pertanyaan pada awal tulisan ini, sesuai dengan hati Yesus Kristus melihat anak-anak, maka kita akan fokus melayani anak untuk keselamatan mereka, bukan sekedar karena jabatan guru sekolah minggu, bukan sekedar tugas belaka.

Beberapa hal tentang psikologi anak yang perlu dipahami oleh kita, agar kita bisa melayani anak dengan baik dan mengenai sasaran. Psikologi anak ini dapat digunakan untuk pelayanan sekolah minggu maupun bagi orang tua dalam mendidik anak-anak:

Anak-anak belajar dengan 2 cara yaitu:

1.       Meniru/mencontoh orang dewasa.

Ya benar sekali, pernahkah anda melihat bahwa anak meniru tingkah laku dan perkataan orang lain? Memang anak-anak cenderung meniru. Ungkapan asing “like father like son” adalah benar. Anak meniru orang-orang yang terdekat dengannya. Pernahkah anda melihat seorang anak yang tenang dalam gendongan baby sitter namun gelisah dalam gendongan mama-nya? Atau ketika takut petir malah lari ke baby sitter dari pada orang tuanya? Pernahkah anda melihat karakter anak yang cenderung “nrimo” dari pada berusaha? Mungkin yang paling dekat untuk di tiru olehnya adalah baby sitter.

Demikian juga seorang ayah yang kasar akan di tiru oleh anak laki-lakinya, atau mungkin kalau ayahnya suka memukul ibunya, kecenderungan anak laki-lakinya akan kejam kepada wanita. Atau jika seorang ibu dominan di rumahnya, kecenderungan anak wanitanyapun dominan dan anak prianya memilih menjadi feminim karena merasa wanita lebih berkuasa. Bermacam-macam masalah anak-anak adalah karena meniru yang tidak tepat.

Dalam sekolah minggu misalnya. Sangat penting memiliki guru sekolah minggu pria (maksud saya adalah pria sejati), karena akan menjadi panutan bagi anak-anak, seperti apa pria dan seperti apa wanita. Celaka jika guru sekolah minggu tidak ada pria, atau bahkan dominan wanita.  Saya pernah tes psikologi anak-anak sekolah minggu di gereja kami dengan gambar-gambar. Seorang anak menggambar pria dan wanita dan menuliskan nama saya sebagai pria itu dan guru sekolah minggu wanita sebagai wanita itu.  Ternyata, anak ini tidak punya gambaran tentang ayah dan ibu selain kami sebagai guru sekolah minggu, karena anak ini dititipkan ke neneknya, sementara orang tuanya kerja di luar daerah.

Demikian juga dalam memberitakan Injil, guru-guru dan orang tuanya harus terlebih dulu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Harus menerima Injil dulu, sehingga mencontohkan Injil yang hidup. Dengan demikian akan lebih mudah Injil dipahami oleh anak-anak karena dia melihat betapa hidup orang-orang yang sudah di Injili memiliki kualitas kasih yang luar biasa.

2.       Menanggapi perkataan secara letter lect (arti langsung).

Anak-anak sulit mengerti kiasan. Oleh karena mereka percaya saja, sehingga kata-kata kiasan sering disalah-artikan. Contohnya jika anda mengatakan buah yang dilarang di taman Eden adalah buah apel, kemungkinan besar anak-anak itu tidak mau memakan buah apel karena buah dari pohon yang dilarang Tuhan.

Sebaliknya, ini sangat memudahkan kita bukan? Kita cukup menceritakan saja tentang Yesus apa adanya seperti dalam Alkitab, maka mereka akan mengerti dari berita aslinya. 

Konsentrasi anak bervariasi sesuai usia mereka.

Semakin kecil anak-anak itu, semakin cepat buyar konsentrasi mereka. Tentu seorang guru sekolah minggu harus belajar menyampaikan Injil sesuai waktu konsentrasi mereka. Saya mengajar anak-anak kelas balita, biasanya waktu 5 menit bercerita sudah cukup, atau 10 menit jika menggunakan gambar-gambar yang mereka terlibat di dalamnya (puji Tuhan saya diberi talenta menggambar cukup baik dan berguna untuk mengantar anak balita pada Yesus).
Secara emosional mudah terpengaruh.

Ya benar, anak-anak cepat terpengaruh secara emosional. Saya ingat ketika bercerita tentang seorang penderita kusta yang disembuhkan Yesus (tentu dari sini saya mengajarkan kusta lambang dosa dan tidak bisa disembuhkan oleh manusia kecuali Yesus sendiri). Saya menggambar seorang yang kehilangan jari dan hidung karena penyakit kusta, anak-anak terdiam sedih. Tapi ketika Yesus menjamah orang kusta itu, spidol saya menambahkan jari dan hidungnya, dan wajah orang kusta yang tersenyum. Anak-anakpun lega dan senang.  Ya Yesus dapat menyembuhkan kusta yang tidak ada obatnya dan menciptakan jari dan hidung atau tubuh yang baru, sama kuasanya untuk menghapus dosa dan menciptakan manusia baru. Haleluya!
Latar belakang keluarga sangat mempengaruhi karakter anak.

Seperti disampaikan sebelumnya, karena anak mencontoh, tentu saja budaya, karakter dan pola dalam keluarga mempengaruhi anak tersebut.

Ingin diberi tanggung jawab/melakukan sesuatu.

Anak-anak suka mengambil bagian terhadap tugas-tugas. Bayangkan seorang anak kecil yang percaya Yesus turut menginjili teman-temannya di sekolahnya. Saya pernah menginjili anak SD dengan BUTAKA (Buku Tanpa Kata), ini merupakan alat peraga penginjilan (akan kita bahas lain waktu). Setelah menerima Yesus, anak inipun menceritakan Injil menggunakan BUTAKA kepada teman-temannya.

Anak lebih peka dan mengerti keberadaan Tuhan.

Anak-anak jauh lebih peka tentang Tuhan daripada orang dewasa. Karena orang dewasa sudah diracuni oleh pikiran-pikiran duniawi. Bahkan pendidikan di sekolahpun banyak yang tidak sesuai firman Allah (contoh: teori Darwin).
Anak-anak serius dengan semua pendapat mereka.

Pernah ngobrol dengan anak-anak kecil? Kadang kita merasa anak-anak itu tidak serius, padahal sebenarnya, kebanyakan mereka serius dalam pendapat maupun pertanyaan mereka. Kitapun harus serius menanggapi dan menjawabnya. Apalagi jika anak bertanya tentang Tuhan, tentu kitapun harus tahu menjawabnya, jangan sampai kita suruh anak kita pergi bertanya ke guru sekolah minggunya, itu celaka besar.
Demikianlah sedikit tentang psikologi anak yang praktis, masih banyak yang bisa kita gali dari sana.

Oh sekarang anda sadar bahwa menjadi guru sekolah minggu atau orang tua Kristen itu tidak semudah yang dibayangkan bukan? Apalagi kalau Allah mengancam kita dengan batu kilangan dan api neraka jika menyesatkan anak-anak itu bukan?  Tapi jangan kuatir.  Tentu Allah mengijinkan kita memiliki pelayanan ini karena kita pasti dimampukan oleh-Nya. Hanya saja kita perlu memahami dan menjiwai kebutuhan terbesar seorang anak untuk diselamatkan oleh Injil.

Penginjilan anak dapat kita lakukan dengan berbagai cara, sebagai gambaran adalah:
1.       Penginjilan dengan alat peraga.

Alat peraga bukan satu-satunya cara memudahkan penginjilan atau menjadi daya penarik konsentrasi anak. Alat peraga adalah salah satu cara penyampaian berita untuk anak supaya anak mengerti berita Firman Allah yang disampaikan. Alat peraga tidak bisa menggantikan Alkitab. Oleh karena itu anak harus selalu ditunjukkan sumber cerita adalah dari Alkitab.
2.       Penginjilan lewat bercerita.

Semua orang suka cerita. Alkitab juga memakai cara bercerita untuk menyampaikan pesan. Sejauh mana cerita itu berisi dan bisa diterima sepenuhnya oleh anak, sangat bergantung dari pembawa cerita itu.  Seluruh kisah dan tulisan di Alkitab adalah kebenaran dan bahkan mulia dan menakjubkan.  Jika si pembawa cerita itu menyadari dan membawakan dengan kesadaran itu, yaitu takjub dan bersemangat karena percayanya, pasti cerita itu dimengerti oleh anak dan sangat diminati oleh anak. Karena sesungguhnya Firman Allah itu menarik dan menakjubkan.

Mungkin anda pikir kita akan kalah bersaing dengan film-film super hero, tetapi sesungguhnya ketika Firman Allah itu disampaikan dengan takjub, ada hal-hal nir-alamiah yang lebih dahsyat daripada film-film itu, ada interaksi Roh Allah dengan guru/orang tua dan anak-anak itu. Sehingga cerita Injil jauh lebih hidup daripada film-film yang tidak memiliki interaksi dengan anak.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan, tentunya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu Injil (dapat dilihat dari tulisan-tulisan sebelumnya), kita juga harus tahu bagaimana caranya masuk surga, kita harus punya visi kenapa kita melayani anak-anak, yaitu karena kasih yang sama yang Yesus lihat kepada kita, yaitu kematian dalam dosa jika tidak diselamatkan oleh Yesus. Kita juga harus dekat dan mengenal Alkitab, agar berita yang kita sampaikan tentang pengampunan dari Tuhan Yesus Kristus benar-benar tepat sesuai berita aslinya, yaitu karena kasih karunia Allah dan bukan karena perbuatan kita. Amin.

 Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: “Biarkan anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dkemudian berangkat dari situ.
Matius 19:13-15




Sumber: Pengalaman dalam penginjilan anak, pelatihan-pelatihan guru sekolah minggu dan bahan PEA Bandung (Persekutuan Evanglisasi Anak).

Saturday 17 November 2012

KEPASTIAN KESELAMATAN


Efesus 2 : 8,9

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”

Suatu waktu ketika saya melayani di penjara, seorang “penghuni” menanggapi topik yang sedang saya sampaikan yaitu Kepastian Keselamatan.  Sebagai seorang tahanan yang sedang “membayar” dosa kejahatannya, sangat sulit baginya memahami topik bahwa seseorang pasti selamat oleh karena iman saja. Sangat sulit baginya memahami arti kasih karunia. Dia bertanya: “Jika saya percaya pada Yesus, kemudian saya berbuat dosa, apakah saya masih diterima di sorga?” bahkan lebih ekstrim lagi dia bertanya: “Jika saya membunuh orang lagi? Apakah saya masih diselamatkan?”

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, tidak ada tempat di dunia yang lebih baik lagi untuk kita belajar tentang kasih karunia selain di penjara (Lembaga Pemasyarakatan/LAPAS).
Kemudian apa jawaban kita terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut? Apakah menurut saudara? Tetapkah keselamatan itu di dalam diri orang tersebut? Atau hilangkah keselamatan itu? Sedangkan firman Allah berkata itu bukan hasil usahamu, itu bukan hasil pekerjaanmu?

Jawaban saya saat ini kepada saudara seiman kita yang dipenjarakan ini adalah: YA! Keselamatan tetap menjadi milikmu.
Saudara dapat membayangkan betapa tidak masuk akalnya jawaban ini. Termasuk sayapun jika sebelumnya tidak sungguh-sungguh mendalami dan mempercayai Firman Allah, tentu akan tergoncang dan membenarkan pikiran umum bahwa orang baik layak mendapat surga sementara orang jahat tidak.  Terpancing untuk menyetujui bahwa perbuatan kitalah yang menentukan kita masuk atau tidak, layak atau tidak, boleh atau tidak boleh memperoleh Surga.

Kawan kita yang sedang “membayar” hukuman sidang dunia di penjarakan oleh kasus pembunuhan tentu sulit menerimanya. Mengapa? Karena dia berpikir bahwa dia sedang melunasi hutang kejahatannya. Pertanyaannya, apakah jika dia sudah selesaikan masa hukumannya, dia menjadi bersih dan layak untuk disebut orang benar? Layak masuk surga? Tentu tidak! Sama sekali tidak!
Bahkan bagi seorang yang tidak mengalami hukuman penjarapun, dan selalu salehpun tidak mungkin layak dihadapan Allah dengan segala perbuatan baiknya. Kenapa? Karena kita semua telah berdosa, dan kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23; Pengkotbah 7:20). Kita semua terlahir dalam status manusia berdosa, keturunan manusia berdosa, dan bahkan cenderung menyenangi perbuatan dosa.

Kita berbuat dosa bahkan dalam kandungan ibu kita (Mazmur 51:7 “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”). Sebagai contoh, ketika bayi dalam kandungan, saat-saat tertentu dia kesal atau iseng menendang-nendang perut ibunya. Mungkin bagi sang ayah ini sesuatu yang menyenangkan, tapi coba tanyakan pada sang ibu, bagaimana rasa sakitnya?
Topik sebelumnya yaitu : 4 tawaran Iblis-manusia jatuh ke dalam dosa; telah menjelaskan kenapa manusia itu tidak mungkin dapat menyelamatkan dirinya sendiri dengan perbuatannya. Hanya karya penebusan Yesus Kristus yang mampu menebus dosa manusia.  

Namun menyusul dengan topik saat ini tentang Kepastian Keselamatan, pertanyaan muncul, jadi seperti apa kepastian keselamatan itu dan hubungannya dengan perbuatan, jika memang perbuatan baik dan benar tidak dapat menjamin keselamatan?

Kepastian Keselamatan dapat dijelaskan dalam dua aspek. Mari kita lihat bersama apa maksudnya.

I. ASPEK YURIDIS (HUKUM TERTULIS)
Aspek Yuridis menjelaskan bahwa kita dihukum untuk dan dalam kematian karena dosa. Semua itu jelas dari Kejadian Pasal 3, bahwa manusia dihukum karena berdosa. “Jika kamu memakan buah itu, kamu akan mati!” Sesuai Firman Tuhan juga Roma 6:23a: “Sebab upah dosa ialah maut/mati!..”.

Tetapi hukum Allah jugalah yang menetapkan kita memperoleh keselamatan yaitu dengan percaya kepada Yesus Kristus yang sudah menggantikan kita.  Tuhan Yesus sudah mengambil hukuman itu dan menanggungnya bagi semua umat manusia.  Maka peraturan Allah sekarang adalah, mereka yang percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, akan diselamatkan; sedangkan yang tidak percaya, tetap dan sudah di bawah hukuman!
1 Petrus 2:24 “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.”

Roma 5:9 “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.”
Roma 5:1 “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”

Lukas 19:10 “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Yohanes 1:12 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”

Galatia 3:26 “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.”
Kenapa saya berani memastikan bahwa seorang diselamatkan bukan karena perbuatannya baik atau benar? Ya karena aspek Yuridis ini, yang ditetapkan oleh Allah sendiri. Hukum tertulis dalam Alkitab yang memastikan kita selamat dengan iman kepada Yesus, bukan karena kita tidak berbuat dosa lagi atau karena hidup kudus dan sebagainya.  Jikalau memang perbuatan baik, kudus, amal dan benar kita mampu mempertahankan keselamatan kita, maka Yesus Kristus sebagai Juruselamat hanya berlaku sekali saja, setelah itu, kita tidak membutuhkan Dia lagi.

Tetapi tidak demikian adanya, karena perbuatan baik kita, usaha kita untuk hidup benar sekalipun, tidak dinilai untuk mendapatkan tiket keselamatan ke surga itu. Hanya darah Yesus Kristus pada salib yang dinilai. Hukumnya singkat dan jelas: Percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penebusmu, maka  dirimu diselamatkan. Jika tidak percaya, ya tidak diselamatkan!
Sekarang timbul pertanyaan cerdik (atau bisa dikatakan licik): “Jadi kalau percaya Yesus untuk keselamatan, maka sekarang saya bebas berbuat sesuka hati saya bukan? Aha…..!!!” Disinilah kita kan melihat aspek berikutnya, yaitu aspek dinamis dalam keselamatan.



II. ASPEK DINAMIS (HUKUM TERLIHAT)
Aspek dinamis ini adalah aspek ajaib bagi orang percaya. Aspek ini berkaitan erat dengan peranan Roh Allah dalam diri orang percaya.  Sulit untuk dipahami oleh orang yang belum percaya pada Tuhan Yesus, karena Roh Allah atau yang lebih sering disebut Roh Kudus, hanya berdiam dalam hati orang yang percaya pada Yesus Kristus.

Dinamis, dunamos, dinamik, dinamit adalah sifat Roh Kudus. Dia menggerakkan orang-orang percaya untuk hidup dan mengerti kebenaran Firman Allah. Entah bagaimana, percaya kepada Yesus seperti “password” untuk masuk ke dalam seluruh anugerah Allah, dan Roh Kudus inilah yang mengantarkan kita pada aspek-aspek dinamis dari keselamatan.
Ada 5 aspek-aspek dinamis keselamatan. Yaitu:

1.       Aspek Teologis.

Aspek teologis merupakan aspek pertama yang nyata dalam hidup orang percaya. Untuk pertama kali dalam hidup seseorang bahwa dia kembali memiliki relasi dengan Allah. Dipulihkan hubungannya dengan Penciptanya.
Sebelumnya, manusia terputus dari Allah. Sejak kejatuhan Adam dan Hawa, seluruh keturunan Adam dan Hawa lahir di luar Taman Eden. Taman Eden adalah lambang hubungan Allah dengan manusia yang erat, setara dan bahagia. Dimana manusia tidak ketakutan melihat Allah. Dimana Allah bisa berjalan-jalan mengelilingi taman sambil bercanda dengan manusia. Namun semuanya jadi perseteruan ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Bahkan manusia membuat Allah terpaksa menguliti hewan untuk membuatkan pakaian bagi mereka. Ini sebuah peristiwa dahsyat.
Ketika seseorang percaya kepada Yesus, satu hal yang pasti yang dirasakan olehnya adalah kehadiran Allah dalam wujud Roh-Nya. Seseorang menjadi memiliki hubungan kembali dengan Allah, seperti dilayakkan dan bahkan erat dengan Allah.  Firman Allah memastikannya dengan kehidupan Yesus Kristus. Tuhan Yesus selalu menyebut Allah sebagai Bapa-Nya, bahkan mengajarkan doa kepada murid-murid-Nya untuk menyapa Allah sebagai Bapa kami yang di sorga.
Suatu waktu saat pelayanan di LAI, saya bertemu seorang gadis berjilbab yang terheran-heran mendengar kami berdoa dengan memanggil Bapa.  Kemudian dia bertanya pada saya: “Kak, mengapa orang Kristen berdoa memanggil Allah itu Bapa?”.  Tentu beranjak dari pertanyaan itu saya menjelaskan bahwa dengan beriman pada Yesus Kristus sajalah, kami diangkat menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Itu sesuai Firman Allah dalam Alkitab.  Sebagai anak-anak Allah kami dapat memanggil Allah itu Bapa, demikian juga jika kami mati, kamipun akan kembali ke rumah Bapa kami, yaitu Surga.
Alkitab bahkan lebih ekstrim lagi menyebutkan hubungan Bapa dan anak ini, dalam Galatia 4:6 firman Tuhan: “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru:”ya Abba, ya Bapa!””.  Sebutan Abba ini adalah sebutan manja seorang anak kecil (Israel/Timur Tengah) kepada Ayahnya, seperti sebutan “daddy” atau “papi”.  Lihat aspek dinamis ini.
Hubungan teologis ini memberikan hak khusus bagi orang percaya untuk berhubungan lebih erat dengan Allah. Bisa berdoa menyebut Allah Bapa.  Kehadiran Roh Kudus juga menjadi kunci yang membuka rahasia Alkitab sehingga seorang Kristen bisa memahami maksud dan rencana Allah lewat Firman-Nya.
Selain Roh Kudus menjadi kekuatan bagi orang yang baru percaya untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan buruknya yang bertentangan dengan Firman Allah, Roh Kudus juga menjadi penggoncang hati orang percaya tersebut ketika akan ataupun saat jatuh dalam perbuatan dosa. Sehingga orang tersebut menyadari dan segera berbalik/bertobat.
Seseorang yang benar-benar beriman pada Yesus demi keselamatannya, tentunya memiliki aspek dinamis ini. Ini aspek yang bukan oleh kekuatan orang tersebut, tetapi karena kehadiran Roh Allah. Kembali ke pertanyaan awal, sanggupkah seseorang yang didiami Roh Kudus kembali sengaja menyakiti Yesus Kristus? Tentu tidak mudah. Ketika saya balikkan pertanyaan ini kepada saudara kita tahanan itu, dia tersenyum berkata, aku tidak mau dan tidak tega menyakiti Yesus lagi.

2.       Aspek Psikologis.
Aspek psikologis ini berhubungan dengan kejiwaan.  Saya tidak mengatakan aspek ini adalah seperti seseorang kerasukan setan dan setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Penebus, kemudian setan itu pergi dan jiwanya tenang. Bukan itu (walaupun mirip atau bisa juga dikatakan seperti itu).
Yang dimaksud disini adalah kedamaian jiwa karena telah memiliki hubungan baik dengan Allah. Sebelumnya adalah seteru Allah, kini telah diperdamaikan dengan Allah (Roma 5:1).
Keselamatan ini menghilangkan kegelisahan dan keraguan dalam hati orang percaya. Orang yang pertama kali bertobat dan menerima Kristus selalu menampilkan jiwa yang damai dan lega. Segala bebannya seakan terangkat lepas. Sebuah kata-kata Yesus dalam Yohanes 14:1 “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percaya jugalah kepadaku.”, cukup menenangkan para murid.
Kelegaan dan kedamaian jiwa juga karena menyadari bahwa sekarang Allah berpihak pada kita, bahwa Allah berniat dan pasti mengantar kita kembali ke rumah-Nya. Bukan ke neraka itu. Haleluya.
3.       Aspek Sosiologis.
Aspek ini menekankan perubahan dalam hubungan dengan orang lain.  Tentu ada perbedaan yang muncul dari orang yang diselamatkan. Selain ada hubungan dengan Allah yang pasti akan mengubahkan dari hari ke hari, juga ada kedamaian jiwa yang menenangkan, tentu semua ini berdampak dalam hubungan sosial.
Seorang ayah yang kasar, mabuk suka menyakiti, ketika menerima keselamatan, berubah menjadi penyayang, sabar dan rendah hati.  Seorang penyendiri dan pendendam, menjadi seorang yang hangat dan menolong banyak orang.  Tentu ada perubahan dalam diri orang ini.  Menjadi kesaksian bagi kemuliaan Tuhan terhadap keluarga, teman dan lingkungannya.
Selain dari sisi positif, tentu juga ada sisi negatifnya. Terutama hubungan sosial dengan orang-orang duniawi di sekitarnya.  Tuhan Yesus memperlihatkan perbedaan ini dalam Matius 10:16  “Lihat Aku mengutus kamu sperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”.  Ini jelas berbicara penolakan orang terhadap iman kita. Dan ini tidak mungkin dihindari. Bisa terjadi bahkan dari keluarga terdekat sampai dalam lingkungan pekerjaan dan sebagainya. 
4.       Aspek Noutis/pikiran.

Orang yang diselamatkan memiliki pikiran yang lebih jernih. Tentu awalnya karena Roh Allah akan memberi kegelisahan atau kedamaian untuk menegur orang percaya. Namun selanjutnya dengan mempelajari Firman Allah dalam Alkitab, seseorang menjadi memiliki filter dalam setiap keputusan-keputusan yang diambil.
Orang percaya akan berpikir lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Semuanya harus melewati kacamata Firman Allah. 
Filipi 4:6-8 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
5.       Aspek Somatis/tubuh.
Ketika seorang percaya kepada Yesus Kristus tentunya tidak ada perubahan fisik dalam diri orang tersebut, walaupun mungkin ada mujizat yang menyertai seperti buta melihat, lumpuh berjalan dan sebagainya.  Akan tetapi tentu bukan ini yang dimaksud aspek somatis. Sekalipun orang yang dalam Kristus tentu mengalami perubahan pola hidup menjadi pola hidup yang sehat.
Pola hidup sehat ini tentunya berhubungan dengan pertobatannya. Jikalau tadinya bergantung pada rokok, alkohol, obat terlarang dan sebagainya, tentu sekarang dengan meninggalkan itu semua, maka fisik seseorang menjadi lebih baik. Tapi aspek somatis ini tidak semata-mata soal kesehatan fisik, karena hal itu bisa dilakukan tanpa seorang percaya kepada Yesus.

Aspek somatis atau tubuh ini berhubungan dengan fungsi tubuh kita sebagai alat kesaksian.  Orang yang percaya Kristus menyadari bahwa jasmani/tubuhnya adalah bait Allah sekaligus persembahan untuk menjadi alat kesaksian Injil Yesus Kristus.
Roma 12:1 “Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, dari penjelasan kepastian keselamatan yang dibagi dalam aspek yuridis dan aspek dimanis ini, tentu cukup jelas menjawab betapa mulianya kasih karunia Allah.  Tentu seseorang harus mengecek kedua aspek ini dalam hidupnya, sehingga mereka menyadari, apakah sebenarnya mereka memiliki kepastian keselamatan atau hanya mengira memilikinya.
Ketika saya kembalikan kepada saudara kita yang sedang menjalani hukuman di penjara itu, dia dan juga teman-teman lainnya juga mengakui, bahwa mereka bukan pertama kali tertangkap dan dipenjarakan, namun demikian, sekalipun sudah menyelesaikan hukuman penjara, mereka terus saja dikejar rasa berdosa.  Ternyata hanya kasih karunia yang dapat memberikan keselamatan sejati, pengampunan lunas atas dosa-dosa mereka dan kedamaian.

Dan apakah mereka, saudara dan saya akan menyia-nyiakan kasih karunia ini? Tentu tidak, ataupun tepatnya tidak akan mudah begitu saja meninggalkan Yesus. Apalagi bagi Yesus Kristus untuk meninggalkan kita? Itu sangat mustahil, Dia akan berjuang kalau perlu menghantam seseorang untuk kembali kepada-Nya. Oleh karena itu saya yakin, pengorbanan Kristus pada salib jauh dan teramat jauh lebih besar dari dosa apapun yang kita perbuat.
Sebagai penutup, perhatikan ayat-ayat Alkitab ini dan renungkanlah:

1 Yohanes 1 : 9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia akan mengampuni SEGALA dosa kita dan menyucikan kita dari SEGALA kejahatan.”
"Segala" berarti semua, apa saja, dan kapan saja. Dosa masa lalu, sekarang maupun yang belum dilakukan. Saya bersyukur pada Tuhan, bahkan sebelum saya lahir di dunia, Dia telah memberikan kepastian bahwa pengorbanan-Nya pada salib, cukup untuk menghapus segala dosa dan kejahatan saya.  Tentu saja saya secara yuridis dibenarkan dan secara dinamis akan dihidupkan untuk hidup dengan penghormatan dan kasih kepada Tuhan Yesus Kristus (sesuai pertumbuhan iman masing-masing).

1 Yohanes 5:13 “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.”


Amin!! Haleluyah!!!

Friday 16 November 2012

4 tawaran Iblis – manusia jatuh ke dalam dosa.


Kejadian Pasal 3.

“…tetapi tentang buah pohon yang ada ditengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”  Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.  Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. ……….. Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya dia mengusahakan tanah darimana dia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.

Salam sejahtera,
Saudara terkasih dalam Tuhan Yesus. Siapapun kita yang berkesempatan membaca tulisan ini, mendapatkan kesempatan untuk melihat ke dalam diri kita sendiri. Melihat akar masalah dari segala masalah yang timbul dalam kehidupan manusia di dunia ini. Bukan saja manusia, melainkan alam dan seluruh isinya turut menderita oleh karena akar masalah ini. Kami menyarankan untuk membaca keseluruhan kitab Kejadian pasal 3 agar mendapat gambaran kejadian seutuhnya.

Dari kejadian pasal 3, ada banyak kejadian penting yang mendasari seluruh kejadian-kejadian selanjutnya sampai detik ini dan sampai akhir zaman nantinya. Namun sambil menarik kejadian-kejadian tersebut, kami mengarahkannya kepada 4 tawaran Iblis yang membuat manusia jatuh ke dalam dosa.  Dari 4 tawaran ini, kita bisa merefleksikannya terhadap kehidupan kita sehari-hari.

Tawaran Pertama:  Sekali-kali tidak mati.
Pernahkan saudara diperhadapkan terhadap sesuatu dan mendengar suara hati atau mungkin perkataan orang lain yang mengatakan: “ah tidak apa-apa, segelas (miras) saja tidak berbahaya.”, “ah iseng-iseng ajalah, menikmati hidup cuci mata”, “sekali seumur hidup, dosa kecil tidak apa-apalah”….dan lain sebagainya.

Hawa berhadapan dengan Iblis dalam wujud ular. Dan hal yang sama ditawarkan Iblis, hal yang sungguh bertolak belakang dengan yang diperintahkan kepada Hawa. Allah berfirman untuk jangan memakan buah dari pohon yang ditengah-tengah taman itu, pada waktu memakannya pasti manusia mati.  Namun Iblis membalikkannya!
Bukankah kita sering diperhadapkan dengan hal-hal seperti itu? Iblis memainkan otak kita agar berputar dan terputar. Tapi justru ketika kita memikirkannya, maka logika seakan-akan benar dan kita makin jauh tersesat.

Hawa membantah, berpikir, melihat, menimbang-nimbang tawaran pertama Iblis ini, dan terjerat pada keputusan yang salah. Benarkah setelah dia memakan buah itu dia tidak mati?
Ya pada saat Hawa memakannya, dia tidak merasakan apa-apa. Dia tidak mati! Diapun tidak menyadari dirinya telanjang. “Aha…ternyata Iblis benar, ternyata Allah keliru!” Kemudian Hawa memberikan kepada Adam. Adam yang bersama-sama dengan Hawa harusnya sejak awal melarang dengan tegas. Tetapi ternyata tidak, dia melihat saja istrinya itu, kemudian dia melihat ternyata Hawa tidak mati, tidak ada yang berubah dengan Hawa, kemudian diapun turut memakannya. Tampaknya sebagai suami apakah Adam takut istri ataukah dia sedang menjadikan istrinya kelinci percobaan?

Apapun itu, setelah Adam memakannya, terjadilah perubahan luar biasa. Untuk pertama kalinya manusia merasakan rendah (telanjang), merasa malu dan juga merasa ketakutan. Perasaan yang tidak pernah ada sebelumnya.
Hawa makan tidak terjadi apa-apa, ketika Adam makan terjadi manusia jatuh ke dalam dosa.  Ini merupakan pelajaran penting dalam hubungan keluarga. Laki-laki sebagai suami adalah kepala keluarga yang harus menjadi pembimbing dan pelindung keluarganya. Kesalahan dalam bahtera rumah tangga ada di dalam integritas seorang kepala rumah tangga yaitu suami.  Apa yang terjadi jika saja Adam melarang dan mengusir Iblis itu? Apa yang terjadi jika Adam menolak makan buah itu? Tentu mereka tidak jatuh ke dalam dosa.

Kembali pada penawaran Iblis yang pertama ini. Ternyata, Iblis berbohong dan Allah yang benar.  Memang manusia tidak mati seketika secara fisik, lagipula saat itu, darimana manusia tahu arti mati fisik? Karena semua masih hidup bukan? Namun kematian yang dialami manusia jauh lebih besar.
Kematian pertama adalah kematian rohani. Manusia dipastikan tidak kudus, sudah melanggar ketetapan Allah, dan tentu saja manusia terusir dan tidak bisa masuk kerajaan Allah. Atau dalam kalimat lugasnya adalah manusia menjadi mahluk neraka.

Kematian kedua tentu saja kematian fisik, yaitu penuaan, penurunan kualitas jasmaniah, jam usia mulai berdetik.
Selain kematian fisik manusia, kejatuhan manusia dalam dosa juga berdampak pada kematian ketiga yaitu kematian bumi.  Kenapa demikian? Karena Allah pada awalnya menciptakan bumi sebagai tempat ideal dan indah kekal. Namun sejak kejatuhan manusia dalam dosa, alampun menerima dampaknya. Pada ayat 17 Allah mengutuk tanah karena Adam, sejak saat itu tanah mengalami degradasi kualitas sampai suatu waktu nanti kiamat melanda bumi.  Pada ayat 21, Allah terpaksa membunuh hewan ciptaan-Nya untuk mengambil kulitnya menjadi pakaian manusia. Hewanpun turut menderita dampak keberdosaan manusia.  Mungkin kita melihat gerakan pencinta alam yang berjuang mempertahankan kelestarian bumi, tetapi seberapapun besar usaha mereka, mereka pasti gagal karena Allah sudah memutuskan suatu waktu dimana Dia akan memusnahkan langit dan bumi yang kita lihat ini kemudian menciptakan langit baru dan bumi baru.

Tawaran kedua: Matamu akan terbuka.
Bagaimana dengan tawaran ini? Benarkah mata mereka terbuka? Ya seperti halnya tawaran Iblis pertama tadi, tampaknya memang benar mata manusia terbuka. Tetapi sungguh diluar yang diharapkan, mata mereka terbuka untuk melihat kenyataan bahwa diri mereka telah berdosa.

Manusia menjadi sadar atau melihat posisi mereka sebelum berdosa dan posisi mereka setelah berdosa. Sangat menyedihkan bukan?  Ketika mereka menyadari diri telanjang, mereka sedang melihat bahwa kekudusan yang menyelubungi mereka lenyap. Posisi mereka yang mulia hilang berganti posisi yang merasa malu. Bahkan kesetaraan hubungan dengan Allah berganti dengan perpecahan hubungan. Ayat 9 dan 10, ketika Allah berkunjug ke “rumah” manusia, manusia malah sembunyi ketakutan dan malu.  Padahal sebelumnya Allah dan manusia memiliki hubungan yang setara dan bahagia.
Mata terbuka ini jugalah yang memastikan setiap manusia menyadari posisinya sebagai orang berdosa.  Tidak seorangpun mampu menyangkal posisinya sebagai orang berdosa. Paling tidak sampai mendekati akhir hidupnya, seseorang pasti mengalami ketakutan terhadap maut (jika belum menerima pengampunan dari Kristus). Sehingga refleksi awal kita adalah, apakah kita takut terhadap maut? Kenapa kita takut, apakah karena sadar posisi orang berdosa? Sekalipun kita berbuat banyak kebaikan dan amal, namun jika ketakutan itu hadir, maka sebenarnya mata kita masih terbuka melihat posisi sebagai orang berdosa.

Tawaran ketiga: Menjadi seperti Allah.
Lihat betapa cerdiknya Iblis. Tawaran ketiga ini sungguh—sungguh tawaran bodoh, tapi bersifat kamuflase. Dan sayangnya manusia tertipu lagi.  Bukankah manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah? Herannya mengapa manusia mau percaya penawaran menjadi seperti Allah? Bisa dikatakan saat itu manusia dan Allah adalah saudara kembar.

Pernahkah saudara mengalami hal ini. Anda sudah memiliki, tetapi anda diperdaya seakan-akan belum memiliki, lalu anda berusaha memiliki tapi ternyata justru kehilangan yang sudah anda miliki?
Contohnya, dalam 1 Korintus 10:13 firman Allah berkata: “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan yang biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.  Sebab Allah setia dan oleh karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.  Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”. 

Namun apa yang kita lakukan saat persoalan dan masalah seakan mendesak? Ketika sakit penyakit tak kunjung sembuh? Kita mengambil jalan singkat, kita pergi ke jalan yang ditawarkan Iblis, kita ke dukun, kita mencuri/merampok, kita mengambil jalan yang tampaknya “menjadi seperti Allah”.
Kebodohan Adam dan Hawa adalah seharusnya mereka tidak menyangsikan diri mereka sebagai gambar dan citra Allah.


Tawaran keempat: Tahu yang baik dan yang jahat.
Tawaran keempat adalah seni penipuan terbaiknya. Setelah membuat manusia hilang fokus dan berpikir tanpa koreksi iman, Iblis mengembalikan penawaran ke hadiah utamanya. Yaitu tahu yang baik dan yang jahat.

Pertanyaanya, apakah manusia saat itu tidak tahu yang baik dan yang jahat?  Sebenarnya manusia sudah tahu tentang yang baik dan yang jahat sebelum jatuh ke dalam dosa. Lalu apa yang terjadi? Sepertinya semua penawaran Iblis ini adalah omong kosong semata, penawaran palsu.
Ya benar saudara yang dikasih Tuhan. Semua penawaran Iblis dalam hidup anda adalah membodohi anda untuk menjadi seteru Allah. Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa:

-          Tidak akan mati, memiliki hidup kekal.
-          Matanya terbuka melihat kemuliaan Allah. Apa lagi yang lebih daripada itu?
-          Sudah segambar dan secitra dengan Allah, sudah menjadi seperti Allah.
-          Dan tahu yang baik dan yang jahat.

Yang terjadi pada manusia setelah menerima penawaran Iblis justru sebaliknya:
-          Mati, tidak memiliki hidup kekal.
-          Buta, tidak dapat melihat Allah dan kemuliaanNya.
-          Seteru Allah, rusak gambar dan citra Allah.
-          Tahu yang baik dan yang jahat tapi selalu ragu, hilang kepekaan akan Firman Allah.

Jadi apa kesimpulan akar masalahnya?
Kesimpulannya adalah percaya! Yaitu apakah manusia mempercayai penuh, tanpa ragu, tanpa sangsi, tanpa memikirkan kemungkinan alternatif lainnya terhadap akan apa yang diperintahkan Allah pada mereka?  Seharusnya kita percaya saja dan jangan ragu bahwa perintah Tuhan yang benar dan baik.

Tentu saja jika Adam dan Hawa lolos dari ujian pohon di tengah taman ini, maka akan ada ujian-ujian iman percaya lainnya yang akan muncul. Dan ternyata manusia pertama sudah gagal dalam ujian dasar ini.


KARYA KRISTUS YANG MEMULIHKAN MANUSIA BERDOSA
Saudara yang dikasihi Tuhan, tentu saja setiap manusia yang dilahirkan di luar Taman Eden adalah manusia dalam posisi berdosa.  Diklasifikasikan sebagai status dosa.  Yang tentunya tidak layak untuk masuk kembali ke Taman Eden, yaitu Firdaus.  Bagi manusia status berdosa, yang melekat padanya adalah takut, malu, rendah, tidak suci dan celaka dalam neraka (kematian kekal).

Namun puji syukur kepada Allah. Berita baiknya adalah, Yesus Kristus hadir untuk memulihkan manusia dari kejatuhannya. Itulah berita INJIL.
Injil menjelaskan bahwa Allah menebus dosa manusia dengan pengorbanan Putera-Nya yaitu Yesus Kristus pada salib.  Karena jelas bahwa upah dosa ialah maut. Dan untuk penebusan dosa, yang berdosalah yang harus dikorbankan sebagai penebusan dosa.  Manusia yang berdosa, maka korban penebusan dosapun haruslah manusia. Namun korban penebus dosa itu haruslah yang tidak berdosa dan tidak bercacat cela, sehingga dapat diterima Allah. Akan tetapi karena semua manusia telah berdosa, cacat dan tidak layak, maka Allah harus “menghadirkan” manusia yang layak untuk penebusan itu.

Allah kemudian ber-inkarnasi menjadi manusia di dalam Yesus Kristus (inkarnasi bukan re-inkarnasi).  Yesus adalah Adam yang baru.
Dahulu Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, tidak melalui hubungan suami isteri karena saat itu hanya Adam sendiri. Ini adalah kloning sejati pertama sepanjang sejarah, bahkan beda kelamin.

Kemudian Allah menghadirkan Adam baru melalui rahim Hawa. Sama seperti dahulu, Yesus Kristus tidak lahir dari hasil hubungan suami isteri. Tetapi Roh Allah mendiami rahim perawan Maria dan menjelma menjadi bayi manusia. Inilah kloning sejati kedua sepanjang sejarah dunia. 
Sekarang tersedialah korban penebusan dosa itu, karena Yesus Kristus bukan keturunan Adam yang berdosa, maka Yesus Kristus adalah manusia satu-satunya yang layak menebus dosa umat manusia. Tidak ada lainnya!

Karya keselamatan dari Yesus Kristus mengembalikan manusia ke hakekat awalnya seperti sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.  Menghilangkan semua  takut, malu, rendah, tidak suci dan celaka dalam neraka (kematian kekal). Mengembalikan status kita dari manusia berdosa menjadi manusia Allah.  Seperti kita lihat dari ilustrasi gambar di bawah ini:


Kita lihat apa saja yang ditawarkan Yesus Kristus dalam Injil:
1.       Hidup Kekal.

Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”

Yohanes 5:24 “Aku berkata kepadamu: Susungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab dia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”

Kolose 1:13 “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Anak-Nya yang kekasih”

2.       Matamu kembali melihat, tidak dalam kegelapan lagi.

Yohanes 8 12 “Maka Yesus berkata kepada orang banyak, katanya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan di dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.””


3.       Menjadi seperti Yesus Kristus (kembali kepada kesempurnaan gambar dan citra Allah)

Yohanes 1:12 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”

2 Korintus 5:17 “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”


4.       Tahu Kebenaran.

Yohanes 14:6 “Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.”

Yohanes 14:26 “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

PENAWARAN KEPADA SAUDARA SAAT INI:

Saudaraku yang dikasihi Tuhan, pada akhir renungan ini, Tuhan Yesus-pun menawarkan pemulihan bagi saudara dan saya.  Seakan-akan Tuhan Yesus sedang berdiri mengetuk sebuah pintu yang hanya bisa dibuka dari dalam. Rumah itu adalah rumah saudara, di dalamnya mungkin saja ada pribadi yang telah jatuh dalam dosa, yaitu pribadi yang takut, malu, rendah, tidak suci dan celaka dalam neraka (kematian kekal).
Yesus Kristus mengetuk pintu itu, ya pintu hatimu. Dia siap memulihkan hidupmu. Semua keputusan ada ditanganmu, beranjaklah dari kolong persembunyianmu, raih pintu itu dan bukalah. Rasakan kasih Allah menjamah hidupmu, memulihkan dan menjadikanmu ciptaan yang baru, yang mulia dan berkenan pada Allah.

Jika itu adalah keputusanmu, berdoalah pada Yesus secara pribadi:

“Tuhan Yesus, saya mengaku saya orang berdosa, saya membutuhkan pengampunan-Mu. Jadilah Tuhan dan Penebus dosa saya. Dan saya bersyukur pada-Mu. Amin.”


 “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.” - Yohanes 8 :36