Tuesday 29 July 2014

Lalang di antara gandum– Serial Hal Kerajaan Sorga

Lalang di antara gandum Serial Hal Kerajaan Sorga
Pembacaan: Matius 13:24-30
Serial hal kerajaan Sorga berikutnya adalah tentang perumpamaan lalang di antara gandum. Tentu saja sebelum memulai bagian ini, perlu saya ingatkan bahwa seluruh serial ini saling berhubungan dan berkelanjutan. Tentu yang utama adalah anda membaca terlebih dahulu permulaan serial ini yaitu yang berjudul Seorang Penabur. Dengan membaca kisah seorang penabur, maka anda memiliki dasar dan pondasi yang cukup terarah untuk memahami serial hal kerajaan Sorga ini. Jika belum membacanya, baiklah kiranya anda membacanya dahulu disini.
Setelah memberikan perumpamaan tentang Seorang Penabur dan kemudian memberikan penjelasan tersendiri kepada murid-murid-Nya, Tuhan Yesus melanjutkan dengan perumpamaan lainnya yang masih berhubungan. Yah, masih berhubungan soal benih dan perkebunan/pertanian. Tapi memiliki makna tersendiri. Jika murid-murid-Nya sungguh-sungguh membuka hati menjadi tanah yang baik, tentu Tuhan mau melanjutkan kepada hal kerajaan Sorga yang lebih dalam bukan?
Berikut Tuhan Yesus melanjutkan dengan perumpamaan yang menjelaskan sudut lain dari hal kerajaan Sorga, demikian Firman Tuhan:
Matius 13:24-30
Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampaklah jugalah lalang itu.
Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih yang baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu:Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata pada para penuai: kumpulkan dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku”.
Wow, sebuah kisah pertanian yang menarik bukan? Ada beberapa hal yang seharusnya dapat kita pahami dari kisah ini. Dari sini kita melihat bagaimana Sorga melihat bumi, bagaimana Allah melihat manusia.
Bangsa Israel (Yang kemudian lebih dikenal orang Yahudi), memang memiliki esklusifisme sendiri terhadap dirinya dibanding orang lain. Betapa tidak, hanya mereka yang benar-benar yakin Allahnya benar nyata. Ketika keluar dari perbudakan Mesir, tidak ada bangsa lain yang dituntun dengan tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari. Ini bukan dongeng, tetapi kenyataan yang tidak bisa disangkal. Mereka ditolong Allah dengan membelah laut Teberau dan berjalan menyeberang di dasar laut bak tanah kering. Mereka memutus sungai Yordan yang besar itu, bak tembok bendungan/dam raksasa yang menyebar berkilo-kilo meter sehingga mereka bisa menyeberangi sungai tersebut. Lalu siapa bangsa yang mengalahkan seluruh suku-suku dan raksasa-raksasa di tanah Kanaan. Salah satunya meruntuhkan tembok benteng Yerikho dengan hanya derap langkah mengelilinginya. Belum lagi kisah kerajaan Daud yang menguasai tanah Kanaan dan hampir seluruh Timur Tengah saat itu. Jangan lupa hikmat Raja Salomo yang tidak tertandingi siapapun di dunia serta kekayaannya yang luar biasa, yang membuat perak menjadi barang tidak berharga di zamannya. Bahkan saat masa pembuangan bangsa Israel-pun, di kerajaan Babel, seorang wanita Yahudi bernama Ester menjadi Ratu Kerajaan Babel setelah proses pemilihan Miss Universe pertama yang pernah diselenggarakan. Jadi, sekalipun saat perumpamaan ini disampaikan mereka adalah bangsa jajahan Romawi, tetapi mereka punya kebanggaan jati diri luar biasa. Salah satu daerah jajahan Romawi yang paling sulit diatur adalah Israel.
Oleh karena itu, kecenderungannya adalah orang Israel memandang rendah bangsa lain, dan mungkin kalau kita melihat sejarahnya, pantaslah mereka demikian. Tetapi Tuhan Yesus menunjukkan bahwa bukan itu cara pandang Sorga, hal kerajaan Sorga berbeda dengan pandangan mereka.
Pernahkan anda memperhatikan suatu golongan atau kelompok memandang golongan dan kelompok lainnya lebih hina? Ada agama tertentu yang dengan jelas-jelas sekeras speaker yang keluar dari corong rumah ibadahnya mengatakan di luar agama mereka maka orang tersebut kafir. Padahal itu sama saja menyatakan mereka kafir bagi kelompok lainnya bukan?
Penganiayaan dan pembakaran rumah ibadah adalah salah satu sudut pandang yang sangat sempit dan tidak melihat bagaimana sorga melihat. Namun pertama-tama, kita perlu juga menegaskan satu hal dulu sebelum lebih jauh melangkah.
Kisah Para Rasul 4:12
Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”.
1 Petrus 2 : 24
Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh”.
Yohanes 3:16
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Yohanes 1:12
Tetapi semua orang yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”.
Baiklah, fanatisme tanpa pemahaman dan bukti-bukti akan mengarah pada penganiayaan dan penghancuran kepada pihak-pihak yang tidak sepaham. Sementara bagi orang Kristen berbeda, kami mempercayai dan memahami kebenaran sejati berdasarkan bukti-bukti, dan bagi kami, membagikan kebenaran itu adalah wujud “balas budi” kami kepada kasih yang luar biasa yang Tuhan berikan kepada kami, yang tentunya tidak terbalaskan sampai kapanpun. Seperti ayat-ayat dalam Alkitab tadi, dalam memberitakan kasih Allah itu tidak ada kekerasan di dalamnya. Bahkan untuk keselamatan banyak orang, Injil itu diberitakan dengan pengorbanan kematian Kristus di kayu salib.
Sungguh, tidak ada keselamatan di luar Tuhan Yesus Kristus. Bahkan Allah menunjukkan kasih-Nya pada kita dengan menghadirkan pribadi Yesus Kristus, seseorang yang datang dari Sorga untuk memperkenalkan sorga. 


Jadi kembali ke lalang di antara gandum. Ini cara sorga memandang, inilah hal kerajaan Sorga yang dimaksud dalam perumpamaan ini.
Pertama kita pahami bahwa keberadaan lalang diantara gandum adalah kejahatan terencana. Yaitu musuh menaburkan benih lalang tersebut. Artinya, sekalipun rencana Allah itu jelas indah dan damai sejahtera untuk seluruh umat manusia, tetapi Iblis tidak akan tinggal diam. Seberapapun anda berharap semua orang baik dan benar, ataukah anda memahami semua agama tuhannya sama, pluralisme dalam kepercayaan, tentu ada lalang diantara gandum. Ini faktanya.
Pada suatu kesempatan saya memimpin kebaktian kelompok jemaat di wilayah pelayanan pemuda kami. Lalu saya bertanya, siapakah yang sudah membaca Alkitab dari Kejadian sampai dengan Wahyu? (alias satu buku Alkitab yang kira-kira setebal 4-6 cm itu). Dan sangat mengejutkan, hanya beberapa jari terangkat, yah mungkin tidak sampai 5% orang saat itu. Andai kata, ini ukuran orang masuk Sorga, maka semakin benar dan nyatalah firman Tuhan yang menyatakan bahwa jalan menuju kehidupan itu sempit dan sedikit saja yang melaluinya, sedangkan jalan menuju kebinasaan itu lebar dan banyak yang masuk kesana.
Ini faktanya, tidak semua orang di dunia percaya Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, dan mereka pasti ke neraka sesuai ketetapan firman Tuhan sendiri.
Ini juga faktanya, tidak semua orang yang berkata dirinya orang Kristen masuk sorga.
Ini faktanya juga, tidak semua orang di gereja kebaktian hari Minggu kemarin itu masuk Sorga.
Faktanya, ada lalang di antara gandum bukan? Lalu siapakah mereka? Jawabnya: Tidak tahu!
Ya benar, untuk saat ini tidak ada yang tahu, semua mirip. Mari kita lihat lalang dan gandum, keduanya pada usia awal pertumbuhan sama, karena varitasnya adalah jenis rerumputan, bahkan ketika sudah dewasapun sama. Satu-satunya yang membedakan adalah saat menuai. Bagaimana membedakannya? Sederhana, gandum memiliki bulir yang berisi, sedangkan lalang tidak. Bulir yang berisi tentu menimbulkan berat, sehingga gandum akan lebih menunduk daripada lalang.
Ketika manusia cepat menghakimi sesamanya, namun hal kerajaan Sorga berbeda. Tuhan tidak menghakimi saat ini juga terhadap siapapun kita. Ketika di lingkungan kita memandang rendah orang lain, baik karena kekurangan fisik, keterampilan, status atau derajat ekonomi, dan sebagainya, kita kehilangan cara pandang sorgawi.


Demikian Tuhan Yesus menerangkan hal kerajaan Sorga, yaitu cara pandang Kerajaan Sorga terhadap dunia:
  1. Setiap orang saat ini tidak bisa dihakimi apakah mereka gandum atau lalang.
    Artinya, tidak ada hukuman sesaat, tidak ada penghakiman sesaat, tidak ada penuduhan sesaat. Allah tidak menetapkan saat ini apakah orang itu diselamatkan atau tidak. Semua orang sama memiliki kesempatan untuk ...... akhirnya ....... dikelompokkan dalam berkas-berkas lalang untuk dibakar atau berkas-berkas gandum untuk dibawa ke lumbung Allah, yaitu Sorga. Selama seseorang merespon dengan serius, atau seperti perumpamaan sebelumnya tentang Seorang Penabur yaitu mendengar dengan benar dan memiliki hati bagai tanah yang baik, maka orang tersebut gandum pada akhirnya. Karena benih yang ditaburkan adalah benih firman keselamatan. Namun untuk tumbuh dan berbuah, diperlukan hati tanah yang baik.
  2. Lihat bagaimana sikap tuan pemilik ladang ketika hamba-hambanya ingin mencabut lalang yang muncul bersama gandum?
    Tuannya melarang hal itu bukan? Karena kuatir bahwa gandum itupun tercabut. Bahkan saat itu, tuannya justru memperlakukan semua tumbuhan itu sama, merawat, memberi pupuk dan menyirami bersama-sama. Sehingga tumbuh bersama. Lihat bagaimana hal Kerajaan Sorga versi Tuhan Yesus, tidak menghabisi dan menumpas yang dianggap atau diperkirakan kafir, tetapi merawat semua bersama-sama. Jangan lupa, Tuhan Yesus berasal dari Sorga, jadi Dia pasti tahu benar cara pandang ini.
    Lihat dunia ini, banyak orang baik maupun orang jahat. Lebih banyak mungkin orang jahatnya, dimana saat melakukan kejahatanpun Tuhan tidak memutuskan mencabut nyawa orang itu saat itu juga. Memberikan matahari dan hujan yang sama, waktu sebanyak 24 jam sehari sama untuk semua orang. Kesempatan sama untuk mengenal Dia. Hamba-hamba-Nya tersebar ke seluruh pelosok dunia memperkenalkan Injil Keselamatan daripada-Nya. Sungguh Allah sejati itu baik dan teramat sangat baik.
    Ini sangat bertolak belakang dengan pemahaman manusia dan dunia bukan? Orang dari dunia itu sama seperti permainan politik. Yang berseberangan dengannya, akan berusaha dihancurkan atau dijelekkan sebisa mungkin. Bahkan ada golongan yang mau membakar dan membunuh mereka yang dianggap kafir karena berseberangan dengan ideologi mereka.
    Hal Kerajaan Sorga tidak demikian. Semua kita, baik buruk, terhormat atau tidak, penjahat atau penegak hukum, pemerkosa ataupun korban perkosaan, pembunuh maupun dokter, sama-sama berpeluang untuk akhirnya terbukti adalah gandum, atau bahkan ternyata lalang. Sama saja. Nanti saat penuaian akan terlihat.
  3. Saat penuaian adalah saat penentuan.
    Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa gandum berbeda dengan lalang saat penuaian. Karena gandum memiliki bulir-bulir yang berisi, sementara lalang tidak. Gandum akan tertunduk, lalang tetap tegak. Dan perhatikan bahwa tuan itu sangat hati-hati, dikumpulkan dulu lalang-lalang, lalu gandum. Artinya dipilah benar-benar mana lalang dan mana gandum. Tidak dipotong bersamaan lalu dipilah, tetapi terlebih dulu, “me-razia” lalang.
    Tentu saat itu, mungkin saja seorang penjahat ternyata akhirnya tersibak sebagai gandum, yaitu ketika dia mendengar Injil yaitu benih keselamatan dan menerimanya dengan hati yang terbuka, hati yang tanah baik itu. Dan mereka berbuah sebagai wujud pertobatannya. Atau mungkin saja seorang majelis gereja ternyata akhirnya tersibak sebagai lalang, karena hidupnya tidak sungguh-sungguh kepada Tuhan melainkan sebuah kemunafikan karena ingin jabatan di pandangan orang banyak. Kita tahu nanti saat penuaian bukan?
    Tetapi dari kisah sebelumnya tentang Seorang Penabur, kita tidak boleh lupa tentang orang yang hatinya bagaikan semak belukar, yaitu mereka yang menerima benih dan tumbuh juga tapi tidak berbuah. Bagaimana nasib gandum yang ternyata tidak berbuah atau tidak berisi? Oh tentu saja, sama dengan nasib lalang bukan? Kalau kehidupan kerohanian anda tidak menimbulkan perbedaan hidup dengan gaya hidup duniawi, lalu apa alasan yang bisa membedakan gandum dari lalang jika gandum tidak berisi? Demikianlah mereka yang tidak berbuah akan mati, seperti lalang dan di bakar juga.
Jadi hal Kerajaan Sorga tentang gandum dan lalang ini memberikan 2 pandangan bagi kita, yaitu ke dalam dan ke luar.
Pandangan ke dalam adalah, kita tidak perlu mengira-ngira kita gandum atau lalang, tetapi kita perlu memastikan bahwa kita gandum dari benihnya. Maksudnya adalah, kita mau terbuka dan menerima kebenaran keselamatan dari Injil. Yaitu kita memikirkan, mendengar dan memastikan keputusan yang tepat untuk keselamatan jiwa kita. Yang saya yakini sejauh ini, tidak ada di luar Tuhan Yesus Kristus.
Anda harus memastikannya sendiri. Jika benar-benar anda adalah gandum, tentu anda akan menyadarinya. Segera sesudah anda menyadarinya, terimalah Kristus sebagai Tuhan dan Penebusmu, percayalah dalam nama-Nya maka kamu akan menjadi anak-anak Allah, dan tentu saja, orang yang diselamatkan pasti memiliki rasa syukur. Tindakan rasa syukur inilah yang menjadi buah dan menjadi benih-benih Injil yang baru, yang akan berlipat ganda seratus kali lipat, enam puluh kali lipat atau tiga puluh kali lipat. Anda adalah gandum!
Pandangan ke luar adalah, kita juga tidak bisa menebak-nebak orang lain di sekitar kita. Kita tidak bisa baik kepada seseorang karena “kelihatannya” dia gandum. Kitapun tak bisa memandang rendah orang lain karena “kelihatannya” dia lalang. Kita tidak bisa menghakimi siapapun. Kita sesama dalam ladang itu, entah akhirnya kita nyata sebagai gandum dan dia lalang, kita tidak tahu. Selama masa pertumbuhan ini, semua kita belum nyata. Masa penuaian itu tentu saja akhir zaman. Baik kematian kita ataupun kiamat.
Seorang hamba Tuhan bekerja di pusat antariksa di Bandung yang meneliti bintang-bintang melalui teleskop bintang, beliau seorang profesor Kristen, suatu saat memberikan ceramah di Universitas tempat saya kuliah dulu. Ceramah umum ini untuk mahasiswa Kristen di Universitas tersebut. Berhubung saya mahasiswa teknik dan sangat gemar antariksa sejak kecil sampai sekarang, maka saya sangat memperhatikan ceramah dan slide-slide yang di tampilkannya.
Unik bahwa bumi adalah planet terkecil dari sebuah bintang bernama Matahari. Kemudian Matahari adalah bintang terkecil dari sebuah galaksi bernama Bimasakti yang berisi milyaran bintang, dan Bimasakti adalah galaksi terkecil dari sebuah kelompok galaksi bernama Andromeda yang berisi beberapa galaksi yang tiap galaksi berisi milyaran bintang, dan tiap bintang berisi beberapa planet sendiri.


Oh my God, betapa kecilnya anda dan saya bukan? Tetapi betapa berharganya kita, karena seluruh bintang diciptakan pada hari keempat sebelum manusia diciptakan. Artinya, Allah sungguh memikirkan bahwa sejoli Adam dan Hawa bakal saling rayu dan menggombal di bawah langit penuh kelap kelip bintang itu bukan? Hahahaha...auuuuuu... :p
Tapi profesor ini menyimpulkan satu hal yang tidak akan pernah saya lupa. Dia bilang, kenyataan bahwa Allah mau menjadi manusia dan turun ke bumi yang teramat kecil ini, dan mau mati pada salib untuk menebus dosa manusia yang hina ini, membuat sudut pandang saya akan sesama manusia menjadi berbeda. Kita tidak berhak menyakiti, menghina, membunuh sesama manusia, karena Allah sangat mengasihi manusia ini, ya, mahluk kecil di antariksa ini. Kita sesama manusia harus saling mangasihi dan menghormati. Dan tentu menghargai kasih Allah kepada kita.
Saya rasa hal Kerajaan Sorga yang demikian yang dimaksud Tuhan Yesus dengan perumpamaan lalang di antara gandum. Amin.

Note. Ikuti serial Hal Kerajaan Sorga selanjutnya. -md




Sunday 27 July 2014

Seorang penabur – Serial Hal Kerajaan Sorga

Seorang penabur – Serial Hal Kerajaan Sorga

Pembacaan: Matius 13:3-9,18-23.


Serial hal kerajaan Sorga ini diambil dari perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus saat mengajar banyak orang yang datang kepada-Nya, termasuk murid-murid-Nya. Yang unik adalah Tuhan Yesus tidak menjelaskan arti perumpamaan yang diceritakan-Nya kepada semua orang, hanya kepada murid-muridnya saja. Siapakah yang termasuk murid-murid-Nya? Tentu bukan hanya 12 orang yang dipilih-Nya di atas bukit, tetapi kepada mereka yang mengikuti Dia, mereka yang masih berdiskusi dengan Dia setelah kotbah selesai. Sebaliknya di zaman modern dan instan ini, banyak orang sudah beranjak keluar gereja setelah kotbah atau setelah pemberian persembahan selesai, segera pulang atau bertamasya.

Banyak orang mencoba menjelaskan tentang sorga. Banyak agama dan ajaran yang muncul untuk menjelaskan sorga, tetapi tidak memiliki penjelasan yang sempurna, bahkan mencoba menguraikan seturut pikiran duniawi. Beberapa ajaran mengarahkan diri ke langit, ke atas, yang dianggap tempat para dewa atau Sorga. Ada yang merasa jika semakin jauh dari hidup duniawi, maka semakin sorgawi. Sungguh menarik bahwa Tuhan Yesus justru sangat “duniawi” dalam menjelaskan Sorga, memakai aktifitas kehidupan sehari-hari manusia di dunia. Sebagian orang lain, berusaha menghilangkan sorga dengan pemikiran logis yang sangat manusiawi....atau lebih cenderung hewani, seperti para penganut paham “behaviorisme” dari Sigmund Freud, bapak psikologi dunia.

Seorang anak kecil bertanya pada ayahnya: “Papa, kemana Oma pergi setelah meninggal?” Ayahnya yang sangat bersedih ditinggal mati ibunya, pada acara pemakaman itu hanya bisa menjawab: “Ke tempat yang lebih baik Nak.”. Dengan polos (atau bingung melihat ayahnya menangis padahal Omanya ke tempat yang lebih baik) sang anak menyambut: “Oh baguslah, tentu Oma akan bersenang-senang.”

Baiklah, tentunya jawaban ke tempat lebih baik (to a better place) tidak cukup memuaskan bagi kita bukan? Konon ada agama tertentu menyatakan bahwa Sorga itu tempat bidadari-bidadari yang akan melayani dan menyenangkan hati kita. Wah tentu ini sangat rasis gender bukan? Tampaknya hanya para pria yang tertarik ke sorga. Ada yang menyatakan sorga itu bukan tempat, tapi karma hidup, ketika baik menjadi dewa atau mungkin dilahirkan kembali menjadi orang yang lebih kaya dan terhormat. Jika jahat, bisa dilahirkan menjadi hewan. Dan semasa hidup harus menebus kejahatan reinkarnasi sebelumnya. Wah bukankah ini tidak adil? Lalu bagaimana dengan dewa yang jahat? Yah demikian manusia mencoba menjelaskan sorga.

Puji syukur kepada Allah, kita tidak harus hidup dalam kebingungan. Seseorang yang datang dari Sorga telah bersedia memperkenalkan Sorga kepada kita. Kristus yang kelahiran, kematian dan kebangkitan-Nya membuktikan bahwa kita telah dikunjungi Pemilik Sorga, menjelaskan hal Kerajaan Sorga itu kepada kita. Bahkan Tuhan Yesus menggunakan hal-hal duniawi sebagai cara Dia menjelaskan tentang hal kerajaan Sorga.

Suatu saat saya berjalan-jalan di rumah yang banyak jendelanya. Dan seekor serangga kupu-kupu terjebak di jendela kaca, hendak keluar tetapi terhalang kaca. Ya, ada bagian kaca yang terbuka, tetapi bagi dia, semua sama, transparan, bisa lihat bunga di luar, tetapi tak bisa lewat, oh sangat frustasi bukan? Mungkin anda pernah melihat hal serupa, mungkin lalat, capung, tawon dan lainnya. Saya berbicara kepada kupu-kupu itu, hai bodoh, lewat sini.. (sambil menunjuk jalan keluar), tapi tetap saja dia berputar-putar.. Akhirnya saya terpaksa menggiring dia dengan meniup angin untuk mendorong dia ke arah keluar.

Demikian Allah melalui berbagai cara memberikan petunjuk kepada kita manusia untuk mengenal Dia, mengenal tentang sorga. Tetapi kita beda mahluk, beda bahasa, beda pemahaman. Seperti kupu-kupu tadi, dengan susah payah akhirnya dia bisa melewati lubang kaca itu, bahkan kuyakin, setelah bebaspun, kupu-kupu itu tidak paham apa yang sebenarnya terjadi. Seandainya aku bisa berubah menjadi kupu-kupu, tentu aku bisa menjelaskan kepadanya, memberikan petunjuk yang dimengerti olehnya. Seperti akhirnya Tuhan menjadi manusia untuk menjelaskan pada kita tentang Allah yang sejati, tentang hal Kerajaan Sorga.



Matius 13:3-9

Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu semakin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”.

Seri hal kerajaan Sorga ini dimulai dari sikap kita mendengar. Perumpamaan pembuka ini sederhana untuk dimengerti tetapi penting untuk mengerti perumpamaan-perumpamaan selanjutnya tentang hal kerajaan Sorga. Saya rasa jika diartikan harafiah sajapun, kita mudah memahami kiasan ini, jika kita petani, tentu jauh lebih paham, tentu saja petani tidak akan menanam benih dipinggir jalan, di tanah berbatu maupun semak belukar bukan? Tetapi ternyata tidak bagi murid-murid. Mereka secara tersendiri meminta penjelasan lebih lanjut tentang perumpamaan ini pada Tuhan Yesus.

Entah mungkin karena mayoritas mereka nelayan, saya kurang tahu, tetapi Tuhan Yesus menjelaskan bahwa memang semua diceritakan-Nya dalam perumpamaan, sehingga tidak semua orang dapat mengerti. Tetapi Dia telah memberikan kunci untuk mengerti, yaitu siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar. Ini berarti keseriusan, cara dan sikap mendengar yang benar. Cobalah anda duduk di restoran yang ramai, sangat unik, jika kita sungguh memandang seseorang yang sedang berbicara, fokus padanya, kita bisa mendengar suaranya bahkan diantara keramaian banyak orang yang juga sedang berbicara satu sama lain. Ya siapa bertelinga, cobalah mendengar dengan benar.

Selanjutnya Yesus mejelaskan arti perumpamaan ini, kembali soal mendengar, sebagai berikut:





Matius 13: 18-23

Karena itu, dengarkanlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengarkan firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.

Saya rasa penjelasan Tuhan Yesus tersebut cukup jalas bukan? Apalagi ditambah dengan beberapa kalimat yang saya tegaskan dengan huruf tebal. Menunjukkan bagaimana mereka mendengar. Tapi baiklah saya sedikit menambahkan aplikasi atau gambarannya untuk zaman kita.

Ditaburkan di pinggir jalan. Tentu jalan yang dimaksud tidak seperti jalan tol atau jalan aspal yang mulus seperti yang sering kita lihat. Jalan pada zaman itu bukan dari lapisan aspal yang mulus. Sebagian besar jalan yang dilalui oleh gerobak atau kereta roda di masa itu terbuat dari tanah yang dilapisi bebatuan pipih. Mulanya jalan tersebut hanya dari tanah, kelama-lamaan tanah menjadi keras lalu ditambahkan bebatuan agar lebih tahan untuk beban yang berat seperti kereta atau muatan onta. Karena tidak mulus, seringkali muatan-muatan yang membawa pangan tertumpah muatannya. Banyak burung-burung yang menanti dan segera menyambar jika ada gandum atau biji-bijian yang tercecer di jalan.

Tipe pinggir jalan ini adalah orang yang hatinya keras. Telah mengalami banyak kepahitan demi kepahitan. Yang seperti ini tipe orang yang keras hati dan susah dibilangin. Atau orang yang sudah tidak mau peduli lagi pada firman Tuhan. Adakah anda melihat orang seperti ini? Berkali-kalipun disampaikan firman, dia tidak akan mengerti atau menolak mengerti. Seperti benih itu, sudah tersedia, tapi dibiarkan saja sehingga di makan kepahitan dan kekerasan pikirannya. Saya pernah bertemu orag seperti ini, baginya, apapun yang saya sampaikan kebenaran firman, tidak dipedulikannya, selalu mengelak. Beberapa orang saya coba dalami, ternyata ada kepahitan akibat kekerasan perlakuan ayahnya, mungkin korban pelecehan. Lain lagi saya temukan adalah orang-orang yang kepahitan karena permintaannya pada Tuhan untuk suatu hal tidak terjadi. Misalnya meminta keturunan, atau kesembuhan atau lainnya yang menurutnya sepantasnya diberikan Allah kepadanya, karena toh dia selalu menjadi orang baik. Kepahitan ini melahirkan cara-cara menghindari Tuhan dan Sorga juga Neraka. Orang-orang ini cenderung menjadi atheis atau justru membuat aliran kepercayaannya sendiri. Celakalah orang-orang seperti ini.


Tipe pinggir jalan juga mereka yang terkungkung kebodohan fanatisme terhadap suatu ajaran atau pemahaman. Seperti seorang teroris yang telah menelan terus menerus kebohongan yang kelama-lamaan menjadi kebenaran baginya. Orang-orang seperti ini sangat keras dan menolak kebenaran, apapun itu, tanpa memikirkannya lagi. Selain itu juga berlaku bagi orang-orang yang menekankan status sebagai nilai tertinggi dalam dirinya. Seperti para ahli taurat dan kaum farisi, mereka tidak ingin menerima kebenaran karena mereka pasti terlihat kurang baik dibanding kebenaran itu sendiri. Munafik adalah salah satu tipe ini.

Tipe pinggir jalan bukan berarti setiap orang yang tidak mengerti pembacaan Alkitab. Karena memang tidak sekaligus seorang mengerti seluruh isi Alkitab ketika disampaikan kepadanya. Tipe pinggir jalan ini adalah mereka yang tidak mengerti karena kekerasan hatinya, ketidak-mauan untuk mengerti, tidak mau diubahkan, tidak mau dipulihkan, memutuskan menolak.

Kemudian kita lihat mereka yang tipe tanah berbatu-batu. Ini sebuah tipe yang unik. Masih keras tentunya dengan adanya batu-batu. Tetapi uniknya, ketika firman disampaikan, ia menerima dengan gembira. Tipe tanah berbatu-batu ini juga tidak memahami atau mengerti firman yang disampaikan, tetapi menyambut dengan gembira. Bahkan, untuk sesaat, dia bertumbuh juga bukan? Lalu apa ini?

Oh ternyata tipe tanah berbatu-batu ini seperti orang-orang yang memendam masalah atau kepedihan hatinya. Yah ada kepahitan juga, ada batu juga, tetapi tidak keras hati. Ini seperti orang yang menyimpan sakit hati terhadap orang lain atau sesuatu. Orang-orang seperti ini adalah tipe mereka yang sangat mengandalkan perasaan hati mereka. Padahal kita hidup bukan karena “merasakan” firman Allah, tetapi “percaya” saja. Orang seperti ini bisa kita lihat saat altar call. Hampir setiap altar call, orang ini maju untuk didoakan. Selalu terharu dan ekspresif saat menerima firman Tuhan. Dia yakin, “Oh perasaanku menjadi lebih baik setelah kotbah tadi, firman Tuhan sungguh menyejukkan hatiku...aku gembira sudah didoakan”. Tetapi, ketika menghadapi sumber masalah, dia kembali dalam kegalauan dan kepahitannya.

Pernah lihat orang seperti ini? Hahahaha... banyak dialami orang putus cinta. Ketika sakit hati, datang sama Tuhan, merasa sudah mengampuni, melupakan, eh tetapi ketika melihat mantannya yang memutuskan dirinya, yang mencampakkan dirinya, apalagi sedang menggandeng orang lain, apalagi ternyata gandengannya itu temannya atau sahabatnya sendiri, langsung sekejap galau lagi, marah lagi, benci lagi, hilang semua firman yang di “nikmati”-nya tadi. Ini juga terjadi kepada mereka yang memendam dendam, itulah batu-batu yang harus disingkirkan. Gembira saja tidak cukup, semangat saja tidak cukup, tanah tipis itu tidaklah cukup. Buanglah kepahitan dan kegeraman itu, buanglah batu-batu itu.

Kemudian tanah di tengah semak belukar. Ini adalah tipe yang paling berbahaya. Lihat, pada perumpamaan, semak belukar itu menghimpit benih sehingga mati. Sedangkan pada penjelasan, menghimpit sehingga tidak berbuah. Kesimpulannya adalah tidak berbuah = mati. Anda tidak berbuah, anda mati. Anda tidak menghasilkan benih baru (karena buah menghasilkan biji yang adalah benih baru), anda mati. Anda tidak memberitakan kasih Tuhan dan Firman kebenaran-Nya, anda mati. Bagaimana mungkin ini terjadi?

Tipe semak belukar ini adalah orang yang cenderung merasionalisasi, mendispensasi, mempersuasi keadaan dengan firman Tuhan. Orang seperti ini tidak tegas dalam hidup berimannya. Dia mencoba mencocok-cocokkan kondisi duniawi dengan rohani. Sebagai contoh, ada orang yang menikah beda agama, sekalipun firman Tuhan bilang dengan jelas dan tegas, bahwa terang tidak dapat bersatu dengan gelap, bahwa tidak ada persamaan apapun antara terang dengan gelap, namun tipe semak belukar ini menyanggah, bahwa kita bisa melayani dia nanti untuk mengenal Tuhan, toh Tuhan menciptakan manusia berbeda, berbeda bukan halangan, sama-sama ciptaan Tuhan, dan sebagainya-sebagainya. Keinginannya yang diutamakan daripada keinginan Tuhan. (Saya pernah lihat seorang artis penyanyi terkenal yang seorang kristen yang pernah menyanyikan lagu-lagu rohani melakukan hal ini kemudian akhirnya bercerai, sungguh menyedihkan).

Orang seperti ini juga jelas seperti penjelasan Tuhan Yesus, mencintai hal-hal duniawi, tetapi juga ingin rohani. Kekuatiran dunia dan kekayaan yang selalu menjadi bagiannya. Oh bagaimana bisa berkarir kalau dibenci atasan karena hidup benar? Kuatir apa kata orang, kuatir penghidupan dunianya, kuatir kalau keinginannya tidak tercapai. Hai tipe semak belukar, anda harus memilih, hidup benar atau hidup dalam dosa. Cabut bakar semak belukarmu, baru anda benar-benar hidup dan berbuah. Sekalipun anda tidak menolak firman, tetapi jika tidak berbuahpun, anda mati. Ayo pilih, tegaslah!



Yang terakhir adalah yang terbaik, yaitu tanah yang baik. Tentu semua petani memilih tanah yang baik sebagai ladang pertaniannya bukan? Ataupun mengusahakan tanah yang ada menjadi baik. Menggemburkan, menggarap, mencangkul, memberi pupuk, menyiram air, dan sebagainya, agar benih bisa bertumbuh dengan subur. Ini adalah orang yang memiliki hati yang mendengar untuk mengerti. Fokus pada tujuan. Mendengar untuk mengerti. Orang seperti ini rela membongkar seluruh isi hatinya, rahasia-rahasia terkelam hidupnya, menyerahkan hatinya untuk dijamah dan dipulihkan Allah. Orang seperti ini mendengar dengan perasaan dan dengan pikiran dan dengan tindakannya. Orang yang memutuskan untuk mengikuti Firman itu apapun resikonya. Orang yang memahami firman itulah yang mengantarkan dia pada hal kekal kerajaan Sorga.

Orang yang memiliki hati seperti tanah yang baik itu adalah mereka yang mengkhususkan diri, seperti aplikasi di restoran tadi, orang yang hatinya tanah yang baik, memandang Tuhan Yesus, mendengarkan setiap perkataan-Nya, menikmati perbincangan dengan Allah-nya, mengerti apa yang dimaksudkan Tuhan dalam hidupnya, yaitu rancangan damai sejahtera. Orang seperti ini akan berbuah, menyebarkan benih-benih baru melalui buahnya. Yah ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.

Demikianlah tentang kerajaan Sorga. Pada serial pertama ini, kerajaan Sorga dijelaskan sebagai sikap mendengar yang menunjukkan sikap hati kita. Sorga itu tidak jauh di awan, di matahari, di alam dewa-dewi. Sorga itu di hatimu, saat Firman Yesus Kristus menjadi benih yang tumbuh di hatimu, yang kemudian berbuah banyak, kau telah memiliki Sorga. Ya Sorga saat ini dan nanti. Jadi, hidup atau mati bagi orang percaya tidaklah menjadi masalah, karena toh, kami sudah di Sorga. Amin.

Note. Ikuti serial Hal Kerajaan Sorga selanjutnya. -md